"Temuan kami ini mempertanyakan kembali kesimpulan terakhir yang tidak
pasti bahwa gas di seluruh bumi semata-mata dihantarkan oleh meteorit
yang menabrak planet ini."
Sebuah tim ilmuwan internasional telah memberi wawasan baru tentang proses di balik evolusi planet dengan menunjukkan bagaimana air asin dan gas berpindah dari atmosfer ke dalam interior bumi.
Makalah studi ini dipublikasikan dalam Nature Geoscience pada 26 September.
Para
ilmuwan telah lama berdebat tentang bagaimana bumi berevolusi dari
keadaan primitif yang tertutup oleh lautan batuan cair, menjadi planet
seperti yang kita tinggali saat ini dengan kerak padat yang terbuat dari
lempeng tektonik yang bergerak, lautan dan atmosfer.
Penulis
utama makalah, Dr. Mark Kendrick dari Ilmu Bumi Universitas Melbourne,
mengatakan bahwa gas yang terperangkap di dalam interior bumi memberi
petunjuk penting mengenai proses yang bertanggung jawab atas kelahiran
planet kita dan evolusi berikutnya dari lautan dan atmosfernya.
“Temuan
kami ini mempertanyakan kembali kesimpulan terakhir yang tidak pasti
bahwa gas di seluruh bumi semata-mata dihantarkan oleh meteorit yang
menabrak planet ini,” katanya.
Penelitian menunjukkan bahwa gas
atmosfer tercampur ke dalam mantel, di dalam interior bumi, selama
proses yang disebut ‘subduksi’, ketika lempeng tektonik bertabrakan dan
menenggelamkan bagian bawah gunung berapi di zona subduksi.
“Temuan
ini penting karena sebelumnya diyakini bahwa gas lembam di dalam bumi
memiliki asal-usul primordial dan terjebak selama pembentukan tata
surya,” kata Dr Kendrick.
Karena komposisi neon di dalam mantel
bumi sangat mirip dengan yang ada di dalam meteorit, maka digagas oleh
para ilmuwan bahwa sebagian besar gas bumi disampaikan oleh meteorit
selama pembombardiran akhir yang juga menghasilkan kawah di bulan.
“Studi
kami menunjukkan sejarah yang lebih kompleks di mana gas juga
dilarutkan ke dalam bumi selagi masih tertutup oleh lapisan cair, selama
kelahiran tata surya,” katanya.
Sebelumnya diasumsikan bahwa gas
tidak tenggelam bersama lempengan di dalam zona subduksi tektonik,
melainkan lolos selama letusan gunung berapi.
“Studi baru
menunjukkan bahwa hal ini tidak sepenuhnya benar dan gas yang dilepaskan
dari interior bumi tidak meninggalkan tanda-tanda bekas pembentukan
tata surya.”
Untuk melakukan studi ini, para peneliti mengumpulkan bebatuan serpentinite
dari sabuk gunung di Italia dan Spanyol. Batu-batu ini awalnya
terbentuk di dasar laut dan sebagian tersubduksi ke dalam interior bumi
sebelum mereka terangkat ke posisi mereka saat ini akibat tabrakan
lempeng Eropa dan Afrika.
“Batu-batu serpentinite adalah
istimewa karena mereka menjebak sejumlah besar air laut di dalam
struktur kristalnya dan dapat diangkut ke kedalaman mantel bumi oleh
subduksi,” katanya.
Dengan menganalisis gas lembam dan halogen
yang terperangkap dalam bebatuan tersebut, tim riset mampu menunjukkan
gas yang terhapus secara tidak lengkap oleh transformasi mineral yang
mempengaruhi serpentinites selama proses subduksi dan dengan demikian memberikan wawasan baru tentang peran gas-gas terperangkap ini dalam evolusi planet.
Penelitian ini bekerja sama dengan para peneliti dari Universitas Nasional Australia, Canberra dan Universitas Genoa, Italia.
Kredit: Universitas Melbourne
Jurnal: Mark A. Kendrick, Marco Scambelluri, Masahiko Honda, David Phillips. High abundances of noble gas and chlorine delivered to the mantle by serpentinite subduction. Nature Geoscience, 2011; DOI: 10.1038/ngeo1270
Jurnal: Mark A. Kendrick, Marco Scambelluri, Masahiko Honda, David Phillips. High abundances of noble gas and chlorine delivered to the mantle by serpentinite subduction. Nature Geoscience, 2011; DOI: 10.1038/ngeo1270
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini