Tampilkan postingan dengan label informasi lingkungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label informasi lingkungan. Tampilkan semua postingan

Kamis, Desember 12, 2019

SINYO NAKAL (Duranta erecta)

Merupakan jenis tanaman terna atau perdu 1 tahun, tingginya hingga 50 cm. Batang berbentuk lunak, beruas dengan penampang berbentuk bulat, berbulu, bergetah putih, hijau kecoklatan. Berdaun tunggal, berhadap-hadapan, lanset, pangkal dan ujung meruncing, tepi bergerigi, permukaan atas dan bawah berbulu, pertulangan menyirip, panjang 5-50 mm, tangkai panjang 2-4 mm, dan lebar 0,7-1 mm hijau keunguan.*



Nama Umum
Indonesia: sinyo nakal; 
Inggris: sapphire showers

Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Asteridae
Ordo: Lamiales
Famili: Verbenaceae
Genus: Duranta
Spesies: Duranta erecta L**.


Sinonim
Duranta erecta var. alba L.
Duranta repens Auct.Non Jacq
Duranta repens var. alba L.
Duranta repens var. microphylla L.

sumber 
*https://biodiversitywarriors.org/isi-katalog.php?idk=3763
**http://plantamor.com/species/info/duranta/erecta

Kamis, Desember 05, 2019

Kisah Iman, Badak Sumatera terakhir di Malaysia

Iman merupakan badak sumatera liar terakhir yang ditemukan di Malaysia, tepatnya di Lembah Danum. Badak betina itu sudah terdeteksi mengidap tumor saat ditangkap dan dipindahkan dari Lembah Danum ke suaka badak BORA (Borneo Rhino Alliance), Maret 2014.

Iman dalam Kenangan Fota: BORA
Iman, badak sumatera di Borneo Rhino Alliance [BORA], Sabah, Malaysia, mati pada Sabtu [23/11/2019] pukul 17.35 waktu setempat.

Kehadiran Iman yang ditemukan para ahli di pedalaman hutan Sabah saat itu, sempat membawa harapan baru bagi upaya konservasi. Para ahli meyakini, Iman adalah betina yang subur dan berpotensi memiliki keturunan. Ia dibawa ke suaka badak BORA untuk dikawinkan dengan Tam, badak jantan yang sudah lebih dulu menghuni BORA. Tam mati pada 27 Mei 2019, karena faktor usia [30 tahun]

Upaya pembuahan in-vitro antara Iman dengan Tam, belum membuahkan hasil karena kualitas sel sperma yang dimiliki Tam tidak begitu bagus. Meski Iman nyatanya menderita tumor ganas, ia merupakan badak paling aktif dan bersemangat di antara dua badak lain yang sudah lebih dahulu menghuni BORA.

Kertam, badak sumatera di BORA [Borneo Rhino Alliance], Taman Nasional Tabin, Sabah, Malaysia, mati pada 27 Mei 2019. Foto: BORA

Iman juga menjadi spesies badak sumatera terakhir yang hidup di Malaysia. Kematian badak berusia 25 tahun itu menjadi pukulan berat di tengah berbagai upaya luar biasa penyelamatan spesies paling terancam di dunia itu.

Para ahli sepakat, saat ini tidak lebih 80 individu badak sumatera [Dicerorhinus sumatrensis] tersisa di Bumi. Keberlangsungan hidupnya yang kritis, kini hanya menyisakan harapan di tiga bentang alam di Pulau Sumatera dan satu wilayah di luar kawasan konservasi di Kalimantan Timur.

Badak sumatera di Pulau Sumatera hanya ada di Taman Nasional Gunung Leuser [TNGL], Taman Nasional Bukit Barisan Selatan [TNBBS], dan Taman Nasional Way Kambas [TNWK]. Untuk di kawasan Kerinci Seblat, sudah tidak ditemukan atau dilaporkan kembali keberadaannya sejak 2011. Sementara di Kutai Barat, Kalimantan Timur, diperkirakan tersisa beberapa individu.

Di hutan Sumatera, saat ini yang sangat mengkhawatirkan adalah badak yang berada di luar kawasan TNGL. Mereka diperkirakan hidup terpencar dengan jumlah sedikit. Di TNBBS, sejak 2012 WWF-Indonesia telah memasang kamera jebak. Pada 2015, hasilnya hanya ditemukan 2 individu.

Sedangkan temuan tim Rhino Protection Unit di TNBBS dari berbagai ukuran jejak dan lokasi yang berbeda dan berjauhan, di diprediksi populasinya sekitar 17-24 individu. Berdasarkan lokakarya Population Viability Analisis pada 2015, badak sumatera yang ada di TNWK diperkirakan 31-36 individu, ditambah satu anakan yang lahir di alam pada Agustus 2016.

Dikutip dari https://www.mongabay.co.id/2019/11/25/punah-badak-sumatera-di-malaysia-menyisakan-cerita/

Sabtu, November 30, 2019

Badak Sumatera, Mata Dunia Kini Tertuju ke Indonesia

Periode 90-an, badak sumatera di Malaysia diperkirakan sekitar 200 individu, tersebar di Semenanjung Malaysia dan Sabah. Populasinya terkonsentrasi di Endau Rompin [20-25 individu], Taman Negara [8-12 individu], dan Sungai Dusun Wildlife Reserve [4-6 individu]. Sisanya, tersebar di Gunong Belumut, Mersing Coast, Ulu Lepar, Sungai Depak, Kuala Balah, Bukit Gebok, Krau Wildlife Reserve, Ulu Selama, Ulu Belum, dan perbatasan Kedah.

Badak pertama yang ditangkap untuk penangkaran [captive breeding] adalah Dusun. Seperti namanya, ia ditangkap di Sungai Dusun, Semenanjung Malaysia, pada 9 September 1986. Penangkaran badak sumatera di Malaysia awalnya dibangun di Sungai Dusun Wildlife Reserve dan Zoo Melaca. Ada 6 individu yang diselamatkan, 5 betina dan satu jantan muda. Namun, jantan muda ini mati setelah dilahirkan induknya yang sewaktu ditangkap bunting.

Penangkaran badak di Sungai Dusun tidak diteruskan, selain badak yang diselamatkan dari Semananjung Malaysia tidak ada lagi di alam, badak yang dipelihara juga mati satu persatu akibat penyakit tripanosoma yang berasal dari lalat. Diduga pula, kematian tersebut akibat sanitasi kurang baik, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan serius terhadap badak di penangkaran.

Bagaimana kabar badak Dusun? Dia dikirim ke Sumatran Rhino Sanctuary, Way Kambas, Lampung, sebagai badak betina ketiga yang masuk penangkaran, berdasarkan pertukaran Malaysia dan Indonesia pada 1987. Tujuannya, menyelamatkan badak sumatera dari ancaman kepunahan. Dusun hanya bertahan di SRS selama 3 tahun, mati pada 7 Februari 2001 karena penyakit degenerasi dan senilitas [penuaan].

Selain itu, ada juga badak betina yang dikirim ke Kebun Binatang Dusit, Thailand. Namun, tidak lama mati akibat gangguan pencernaan, akibat pakan yang tidak sesuai. Badak tersebut diberi kacang-kacangan, pisang, kentang, dan beberapa jenis daun

Badak sumatera di alam, kini hanya tersisa di Indonesia, diperkirakan tidak lebih dari 100 individu. Di Sumatera tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser, Bukit Barisan Selatan, dan Way Kambas. Khusus di Kerinci Seblat, sudah tidak ditemukan lagi jejaknya sejak 2011. Di Kalimantan Timur, diperkirakan tersisa kurang 15 individu. Itu pun perkiraan terlalu optimis.

Kondisi nyatanya adalah, ada satu badak betina bernama Pahu di SRS Hutan Lindung Kelian Lestari, Kalimantan Timur, yang memerlukan jantan untuk dikawinkan. Sementara di SRS Taman Nasional Way Kambas, Lampung terdapat 7 individu badak [3 jantan dan 4 betina].

Bila dilihat sejarah penyelamatan badak, upaya ini memang cukup panjang dengan tingkat keberhasilan minim. Sejak 1982, para ahli dari mancanegara telah berdiskusi meningkatkan populasi badak di alam.

Pada 1993, perkiraan populasi optimis menyatakan, total populasi badak sumatera di dunia diperkirakan ada 400 individu. Namun, para ahli pada pertemuan 2014 di Singapura sepakat, populasinya justru kurang dari 100 individu. Melalui perdebatan khusus, jika memperkirakan populasi batas minimum, mungkin badak tersisa hanya 30 individu di alam.

Penyelamatan badak sumatera dari ancaman kepunahan, kini ada di tangan Pemerintah Indonesia. Inisiatif aksi penyelamatan, kerja sama internasional, dan penggalangan dana perlu digalakkan.

Harapan penyelamatan badak sumatera tidak dipungkiri berada di pusat penangkaran, seperti di SRS Taman Nasional Way Kambas. Program ini pun perlu dipadu-serasikan dengan potensi-potensi varietas genetik dari individu-individu yang tersisa di Leuser Timur, Bukit Barisan Selatan, Kalimantan Timur; bahkan di Sabah sekalipun meski hanya tersisa sperma dari badak Kertam *(Kertam, badak sumatera subjenis Kalimantan [Dicerorhinus sumatrensis harrisoni] yang berada di BORA [Borneo Rhino Alliance], Taman Nasional Tabin, Sabah, Malaysia, mati pada 27 Mei 2019).

Dikutip dari https://www.mongabay.co.id/2019/06/02/kepunahan-badak-sumatera-mata-dunia-kini-tertuju-ke-indonesia/

Senin, November 04, 2019

Satwa Langka di Ibu Kota Baru Indonesia

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo [Jokowi] resmi mengumumkan Provinsi Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Indonesia yang baru, di Istana Negara, Jakarta, Senin [26 Agustus 2019]. Pernyataan tersebut disampaikan Presiden, setelah melalui kajian mendalam tiga tahun terakhir. Kalimantan Timur, sebagaimana dilansir dari kaltimprov.go.id, merupakan provinsi terluas kedua setelah Papua, dengan potensi sumber daya alam melimpah. Luas hutan Kalimantan Timur, berdasarkan data 2015 sekitar sekitar 8.339.151 hektar, sungguh memiliki keragaman hayati luar biasa.

Berikut delapan satwa langka kebanggaan Indonesia yang ada di Kalimantan Timur, representasi dari sedikitnya kekayaan hayati yang harus dilindungi dan dilestarikan.

Badak Sumatera
Badak sumatera merupakan satwa langka yang berdasarkan IUCN statusnya ditetapkan Kritis [Critically Endangered], atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar. Berdasarkan data Population and Habitat Viability Analysis [PHVA] 2015, populasinya diperkirakan kurang dari 100 individu.

Satwa bercula dua ini tersebar hingga India, Bangladesh, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaysia, termasuk Kalimantan dan Sumatera, dan diklasifikasikan dalam tiga subjenis.

Badak sumatera diklasifikasikan dalam tiga subjenis. Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis tersebar di Sumatera, Malaysia, dan Thailand. Dicerorhinus sumatrensis harrissoni ada di wilayah Kalimantan. Sementara Dicerorhinus sumatrensis lasiotis ditemukan di Vietnam, Myanmar bagian utara hingga Pakistan bagian timur.

Di Kalimantan Timur, jenis Dicerorhinus sumatrensis harrissoni masih ditemukan di Kabupaten Kutai Barat. Satu individu betina bernama Pahu saat ini berada di Suaka Rhino Sumatra [SRS] Hutan Kelian Lestari.

Sementara, untuk subjenis Dicerorhinus sumatrensis lasiotis, beberapa peneliti badak menyebutkan, keberadaannya sudah tidak terlihat lagi sejak puluhan tahun lalu. Diindikasikan punah.

Orangutan Kalimantan
Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia. Diperkirakan, sekitar 20 ribu tahun lalu, orangutan tersebar di seluruh Asia Tenggara, dari ujung selatan Pulau Jawa hingga ujung utara Pegunungah Himalaya dan Tiongkok bagian selatan. Kini, 90 persen orangutan hanya ada di Indonesia yaitu di Sumatera dan Kalimantan, sementara sisanya ada di Sabah dan Sarawak, Malaysia.

Indonesia merupakan habitat tiga jenis orangutan: orangutan sumatera, orangutan kalimantan, dan orangutan tapanuli. Namun, ketiganya berstatus Kritis [Critically Endangered] berdasarkan kriteria yang ditetapkan International Union for Conservation of Nature [IUCN].

Orangutan kalimantan [Pongo pygmaeus], hampir berada di seluruh hutan daratan rendah Kalimantan [Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah], kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam.

Orangutan kalimantan dikelompokkan tiga anak jenis yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus [utara Sungai Kapuas hingga timur laut Sarawak]; Pongo pygmaeus wurmbii [tersebar dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito]; serta Pongo pygmaeus morio [dari Sabah hingga selatan Sungai Mahakam, Kalimantan Timur].

Rangkong
Rangkong merupakan burung yang masuk keluarga Bucerotidae [julang, enggang, dan kangkareng], yang ditandai ukuran tubuhnya dari 65 cm hingga 170 cm.

Di Indonesia, ada 13 jenis rangkong. Sembilan jenis tersebar di Sumatera dan Kalimantan yaitu enggang klihingan, enggang jambul, julang jambul-hitam, julang emas, kangkareng hitam, kangkareng perut-putih, rangkong badak, rangkong gading, dan rangkong papan. Khusus Kalimantan, semua jenis rangkong tersebut dapat dilihat kecuali rangkong papan.

Empat jenis lain adalah julang sumba, julang sulawesi dan kangkareng sulawesi, serta julang papua.

Beruang Madu
Beruang madu merupakan satwa liar dilindungi berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 dan juga Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Berdasarkan CITES [Convention on International Trade in Endangered Species], beruang madu dimasukkan dalam Appendix I sejak 1979 yang berarti tidak diperbolehkan diburu. Sejak 1994, statusnya dikategorikan Rentan [Vulnerable/VU] yang menunjukkan statusnya menghadapi tiga langkah menuju kepunahan di alam liar.

Beruang madu [Helarctos malayanus] merupakan maskot Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Persebarannya ada di ujung timur India, Bangladesh, Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam, Malaysia, serta Sumatera dan Kalimantan.

Bekantan
Satwa bernama latin Nasalis larvatus ini dikenal dengan julukan kera belanda karena hidungnya mancung. Satwa endemik Kalimantan ini hidup di ekosistem hutan mangrove. Konversi habitat, perburuan, kebakaran hutan, dan illegal logging menyebabkan nasibnya di ujung tanduk.

Bekantan merupakan satwa dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jenis ini masuk daftar CITES Apendix I yang artinya tidak boleh diperdagangkan. IUCN memasukkan statusnya Genting [Endangered/EN].

Owa
Owa merupakan primata tak berekor anggota suku Hylobatidae. Indonesia merupakan rumah besar 7 jenis owa dari 19 jenis yang ada di Asia. Ada Hylobates moloch [owa jawa] yang tersebar di Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah; Hylobates lar [serudung] yang berada di Sumatera bagian utara; Hylobates agilis [ungko] di Sumatera bagian tengah ke selatan; juga Symphalangus syndactylus [siamang] di seluruh Sumatera.

Berikutnya, Hylobates klosii [bilou] di Pulau Mentawai, Sumatera Barat; Hylobates muelleri [kelempiau] di seluruh Kalimantan; serta Hylobates albibarbis [ungko kalimantan atau kalaweit] yang berada di Kalimantan bagian barat.

Seluruh owa dilindungi Permen LHK P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Pesut Mahakam
Pesut Mahakam [Orcaella brevirostris] merupakan lumba-lumba air tawar yang merupakan simbol Provinsi Kalimantan Timur. Habitatnya di Sungai Mahakam. Ukuran tubuh pesut dewasa hingga 2,3 meter dengan berat mencapai 130 kg. Tubuhnya abu-abu atau kelabu dengan bagian bawah lebih pucat.

Badan Konservasi Dunia International IUCN menetapkan statusnya Genting [Endangered/EN]. Penurunan habitat, polusi suara dari frekuensi tinggi kapal yang melintas, industri, sampah hingga jaring adalah ancaman kehidupan yang dihadapi pesut saat ini.

Rencana zonasi habitat pesut di Kutai Kartanegara [Kukar], Kalimantan Timur, yang diusulkan Yayasan RASI [Rare Aquatic Species of Indonesia] adalah harapan utama lestarinya Irrawady Dolphin di masa mendatang.

Penyu
Indonesia merupakan rumah bagi enam spesies penyu dari tujuh spesies yang ada di dunia. Enam jenis tersebut adalah penyu hijau [Chelonia mydas], penyu sisik [Eretmochelys imbricata], penyu lekang [Lepidochelys olivacea], penyu belimbing [Dermochelys coriacea], penyu pipih [Natator depressus], dan penyu bromo [Caretta caretta].

Di perairan Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur, banyak ditemukan penyu hijau. Jenis ini merupakan pemakan tumbuhan yang sesekali memangsa hewan kecil.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi disebutkan bahwa penyu bromo, penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang, dan penyu pipih merupakan jenis dilindungi.

Pelaku kejahatan bisa dijerat UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Ancamannya, 5 tahun penjara dan denda Rp100 juta.

Senin, Agustus 12, 2019

Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia

Tak hanya dikenal sebagai surga terumbu karang, Indonesia juga ternyata menjadi surga bagi hiu yang sangat langka. Perairan yang menjadi lokasi favorit untuk berdiam dan berkembang biak, adalah perairan Indonesia Timur, khususnya di Papua Barat dan Maluku. Dari informasi yang dirilis Conservation International (CI) Indonesia, sedikitnya ada lima jenis hiu langka yang sudah ditemukan ada di perairan Indonesia.

Menurut CI Indonesia, hingga saat ini hiu berjalan hanya ada sembilan jenis di dunia dan lima jenis di antaranya sudah diketahui ada di perairan Indonesia. Marine Program Director CI Indonesia Victor Nikijuluw mengatakan, keberadaan lima dari sembilan jenis hiu berjalan di Indonesia, sudah sepatutnya mendapatkan perhatian istimewa di kalangan pecinta ekosistem laut.

Victor memaparkan, sebagai hiu yang langka ditemukan di belahan bumi lainnya, keberadaan lima spesies hiu berjalan di Indonesia, sudah sepantasnya mendapatkan peningkatkan status perlindungan dari Pemerintah. Peningkatan perlindungan tersebut, sudah diberikan kepada Hiu Paus dan Pari Manta.

Lebih lanjut Victor menuturkan, hiu berjalan dinilai sangat istimewa, karena dari semua jenis hiu yang ada, hanya hiu berjalan yang berbeda sendiri. Kata dia, disebut hiu berjalan, karena gerakannya di dasar laut menggunakan sirip -siripnya untuk bergerak.

“Itu persis seperti melata atau berjalan. Cara tersebut terutama dilakukan di perairan dangkal dan umumnya bisa dilihat pada malam hari,” sebut dia. Secara taksonomi, Victor menjelaskan, hiu berjalan sering disebut sebagai Hiu Bambu (Bamboo shark) dan dikelompokkan dalam genus Hemiscyllium.

Adapun, lima jenis hiu berjalan yang ada di Indonesia, seperti rilis resmi CI Indonesia, empat diantaranyaadalah spesies endemik atau hanya ditemukan di perairan Indonesia. Keempatnya, adalah hiu berjalan Raja Ampat (Hemiscyllium freycineti), biu berjalan Teluk Cendrawasih (H. galei), hiu berjalan Halmahera (H. halmahera), dan hiu berjalan Teluk Triton Kaimana (H. henryi).

Sementara, satu spesies lagi, adalah biu berjalan H.trispeculare yang ditemukan di perairan Aru Maluku. Spesies tersebut tidak masuk endemik, karena bisa ditemukan juga di pantai utara dan barat Benua Australia.

Menurut pakar hiu dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Fahmi, terbatasnya jumlah dan perairan yang menjadi habitat hiu berjalan di dunia, tidak lain karena hiu jenis tersebut memiliki sifat biologi yang unik dan tidak seperti spesies ikan terumbu karang lain.

Fahmi menyebutkan, dari lima jenis hiu berjalan yang sudah ditemukan di Indonesia, baru hiu jenis Hemiscyllium freycineti yang sudah diberikan perlindungan penuh. Aturan tersebut dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Raja Ampat yang menjadi penguasa wilayah perairan tempat hiu tersebut ada.

“Sejauh ini, baru spesies Hemiscyllium freycineti yang ada di Raja Ampat yang dilindungi oleh Perda Raja Ampat Nomor 9 Tahun 2012 mengenai Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta, dan Jenis-jenis Ikan Tertentu di Perairan Laut Raja Ampat,” papar dia.

Menurut Fahmi, upaya yang dilakukan Raja Ampat tersebut patut untuk diikuti oleh daerah lain yang diketahui wilayah perairannya terdapat hiu berjalan. Perlindungan penuh penting dilakukan, karena jika dibiarkan bebas, maka akan banyak yang memburunya dan itu akan memusnahkan populasinya yang sangat sedikit.

“Saat ini, kelompok hiu berjalan merupakan kelompok ikan hiu yang sering dijadikan ikan hias dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional. Beberapa negara maju bahkan sudah melakukan upaya budidaya spesies hiu berjalan untuk kepentingan komersial,” ungkap dia.

Dengan fakta seperti itu, Fahmi mendesak kepada Pemerintah untuk segera melakukan pengelolaan terhadap jenis hiu tersebut dan juga habitatnya. Jangan sampai, keberadaan jenis hiu tersebut ke depan justru banyak ditemukan di akuarium-akuarium ikan hias dan justru sulit ditemukan di habitat aslinya.

sumber https://www.mongabay.co.id/2017/01/21/ternyata-perairan-indonesia-timur-adalah-rumah-hiu-berjalan-yang-hanya-ada-di-indonesia/

Rabu, Juli 31, 2019

Peneliti Temukan Cadangan Air Tawar Raksasa di Bawah Laut Atlantik

Ribuan tahun yang lalu, sebagian besar planet bumi tertutup oleh gletser. Gletser atau glasier, adalah bongkahan es yang besar yang terbentuk di atas permukaan tanah yang merupakan akumulasi endapan salju yang membatu selama kurun waktu geologi.   Lautan surut ketika air membeku di lapisan es besar yang menyelimuti benua Amerika Utara. Saat zaman es berakhir, gletser pun mencair. Delta sungai besar mengalir keluar melintasi landas kontinen. Lautan naik, dan air segar terperangkap dalam sedimen di bawah laut.

Dilaporkan dalam edisi terbaru jurnal Scientific Reports, para ilmuwan dari Columbia University dan Woods Hole Oceanographic Institution menghabiskan 10 hari di kapal riset yang menarik sebuah sensor elektromagnetik dari New Jersey ke Massachusetts sejauh 350 melewati pantai-pantai di perairan sekitar New York, Rhode Island, dan Connecticut. Dengan mengukur cara gelombang elektromagnetik melintasi air tawar dan air asin, para peneliti berhasil memetakan reservoir (cadangan) air tawar yang terisolir di dasar laut  .

Ternyata cadangan air tawar dalam jumlah besar di bawah laut ini membentang  di lepas pantai Atlantik Amerika Serikat, yang berisi banyak sekali cadangan air tanah salinitas rendah, sekitar dua kali volume Danau Ontario. Endapan air tawar ini berada 183 m di bawah dasar laut dan membentang ratusan kilometer.

Akuifer ini mengandung 2.800 kilometer kubik air tawar. Akuifer ini juga diperkirakan berumur sangat tua. Setidaknya sudah ada dari zaman es.

Para ilmuwan mendapat petunjuk pertama bahwa ada akuifer di bawah laut pada tahun 1970-an, ketika sebuah perusahaan yang mengebor wilayah pantai untuk mencari minyak menabrak tampungan air tawar tersebut. Namun belum jelas apakah endapan air tawar ini adalah sebuah kantong air yang terisolasi dan sejauh apa bentangannya.

“Kami tahu ada air tawar di sana di tempat-tempat yang terisolir satu sama lain, tetapi kami tidak tahu luas dan bentangannya” kata pemimpin tim Chloe Gustafson, seorang kandidat PhD di Lamont-Doherty Earth Observatory, Universitas Columbia, seperti dilansir  Phys.org. “Cadangan air tawar ini  bisa menjadi sumber daya penting di bagian lain dunia.”

Ukuran dan luasnya endapan air tawar menunjukkan bahwa mereka juga mendapatkan suplai oleh limpasan air dari daratan — dan mungkin ada di tempat lain dengan topografi yang serupa.

Menurut studi tersebut, ada dua cara berbeda mengapa kolam air tawar ini bisa ada di bawah laut.

“Kira-kira 15 ribu hingga 20 ribu tahun lalu, menjelang akhir zaman glasial, kebanyakan cadangan air dunia terkunci di dalam es. Di Amerika Utara, itu meluas ke wilayah yang sekarang dikenal sebagai New Jersey, Long Island, dan New England di Amerika Serikat,” papar peneliti.

“Permukaan laut saat itu jauh lebih rendah sehingga dapat memperlihatkan landas benua di bawah air. Ketika es mencair, sedimen membentuk delta sungai yang besar di atas landas benua dan air tawar terperangkap di sana. Namun sayangnya, permukaan laut kembali naik sehingga menutupinya,” tambah mereka.

Seorang peneliti lain, Kerry Key menyebutkan bahwa akuifer ini kemungkinan tidak bermukim lama di bawah laut Atlantik. Mereka akan terdorong ke laut dari daratan yang disebabkan oleh adanya tekanan naik dan turun ombak lautan.

Dia menambahkan bahwa ujung akuifer yang paling banyak mengandung air tawar terletak dekat dengan pantai dan semakin jauh, airnya semakin asin, yang mengindikasikan bahwa akuifer ini perlahan bercampur dengan air laut.

Key menyebutkan air tawar yang dekat dengan daratan, tingkat perbandingannya sekitar 1 bagian per seribu air laut, sama seperti keadaan air tawar di darat pada umumnya.

Sebaliknya, tingkat perbandingan garam di air tawar di daerah tepi luar akuifer adalah sekitar 15 bagian per seribu, yang masih lebih rendah dari tingkat air laut pada umumnya yaitu 35 bagian per seribu.

Para peneliti mengatakan, jika berhasil mendapatkan air tawar tersebut, kita tidak perlu melakukan penyulingan garam. Itu bisa menjadi cadangan air bersih untuk dunia.

“Kita mungkin tidak perlu melakukan itu, tetapi setidaknya jika kita dapat menunjukkan ada akuifer besar di wilayah lain, bisa memunculkan potensi sumber daya air baru,” tambah Key.

sumber
https://www.mongabay.co.id/2019/07/01/penemuan-mengejutkan-peneliti-temukan-cadangan-air-tawar-raksasa-di-bawah-laut-atlantik/

Sabtu, Juli 20, 2019

Dinyatakan Punah 136 Ribu Tahun Silam, Burung Mandar Aldabra Ini Muncul Kembali

Pernah dengar nama Atol Aldabra? Karang terbesar ke dua di dunia ini luasnya mencapai 60 mil persegi. Letaknya 265 mil barat laut Madagaskar, di Samudera Hindia, sebagai rumah besar ratusan spesies, termasuk kura-kura raksasa Aldabra.


Sekitar 136 ribu silam, banjir besar melanda pulau-pulau itu, menghancurkan semua kehidupan. Termasuk, burung seukuran ayam yang disebut burung mandar Aldabra. Burung ini dapat dikenali dari bulu bercorak putih di tenggorokannya.

Di masa lalu, jenis ini diyakini sempat mendiami Pulau Aldabra. Di sini, berevolusi hingga menjadi burung yang tak bisa terbang dikarenakan sedikitnya predator yang ada. Kemampuan terbang menjadi hal yang tidak begitu dibutuhkan. Jenis ini pun dinyatakan punah ketika Pulau Aldabra hilang ditelan ombak dan tergenang ribuan tahun.

Kini, burung ini seolah lahir kembali. Tim peneliti mengungkapkan, jenis ini bisa kembali ‘hidup’ setelah melalui proses evolusi sangat langka yaitu iterative evolution atau evolusi berulang.

Ribuan tahun lalu, mandar berleher putih Madagaskar [Dryolimnas cuvieri] bermigrasi ke Mauritius, Reunion, dan pulau-pulau batu kapur di Atol Aldabra. Di sana, dengan tidak adanya predator, mereka kehilangan kemampuan terbang, membentuk subspesies baru yang dikenal sebagai burung mandar Aldabra (Dryolimnas cuvieri aldabranus).

Diperkirakan, setelah banjir melanda pulau ini [136 ribu tahun silam], sekitar 100 ribu tahun lalu, zaman es menyebabkan turunnya permukaan laut, membuat atol Aldabra dapat dihuni kembali. Sehingga, burung mandar terbang dari Madagaskar ke sini, tanpa adanya predator. Mereka pun kehilangan kemampuan terbang sekali lagi.

Pada dasarnya, spesies mandar Madagaskar melahirkan dua subspesies yang juga tidak dapat terbang dalam waktu beberapa ribu tahun. Hal ini sangat tidak biasa. Para ilmuwan dari Universitas Portsmouth dan Natural History Museum, Inggris, sampai pada kesimpulan ini setelah menganalisis fosilnya sebelum dan sesudah peristiwa tenggelamnya Atol Aldabra. Keduanya tidak dapat terbang.

“Skenario ini mungkin tampak mengejutkan, tetapi burung-burung mandar dikenal sebagai burung ulet, dapat berevolusi cepat jika kondisi alam sekitar tak sesuai,” jelas penulis penelitian dalam Zoological Journal of Linnaean Society. “Karena itu, kemungkinan penyebaran Dryolimnas dari Madagaskar ke Aldabra terpencil terjadi beberapa kali, seperti yang  juga dilakukan kura-kura raksasa.”

Penelitian ini tidak hanya menandai pertama kali evolusi berulang dicatat pada burung mandar tetapi memberikan satu contoh terbaik fenomena burung keseluruhan.

“Hanya di Aldabra, yang memiliki catatan paleontologis tertua dari pulau samudera manapun di kawasan Samudera Hindia, adalah bukti fosil yang menunjukkan efek perubahan permukaan laut pada peristiwa kepunahan dan rekolonisasi,” jelas Profesor David Martill dari University of Portsmouth dalam sebuah pernyataan, dilansir dari IFL Science.

“Fosil unik ini memberikan bukti tak terbantahkan bahwa anggota keluarga burung mandar menghuni Atol Aldabra, kemungkinan besar dari Madagaskar, dan menjadi tidak bisa terbang secara independen pada setiap kesempatan,” ungkap ketua peneliti Dr. Julian Hume dari Museum Sejarah Alam London, dikutip dari CNN.

“Bukti fosil yang disajikan unik, menjelaskan kemampuannya untuk kembali mengkoloni pulau-pulau terpencil dan berevolusi terbang kembali,” tandasnya.

sumber
https://www.mongabay.co.id/2019/05/13/dinyatakan-punah-136-ribu-tahun-silam-burung-ini-muncul-kembali/

Rabu, Juli 10, 2019

Enggang Gading yang Mendadak Kritis

Nasib enggang gading kian memprihatinkan. Di penghujung 2015, berdasarkan data IUCN Red List, burung bernama latin Rhinoplax vigil ini statusnya ditetapkan Kritis (CR/Critically Endangered) atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar. Padahal, jika dilihat tahun sebelumnya, statusnya hanya Near Threatened (NT) atau mendekati terancam punah. Apa yang membuat maskot Kalimantan Barat ini mendadak Kritis?

Yokyok Hadiprakarsa dari Indonesia Hornbill Conservation Society (IHCS) menuturkan, lompatan status dari NT ke CR ini tergolong luar biasa. Karena, langsung melewati status Rentan (VU/Vulnerable), dan Genting (EN/Endangered). “Namun begitu, penetapan status Helmeted Hornbill ini memang telah dilakukan evaluasi sebelumnya oleh BirdLife International sebagai authority atau pihak yang berwenang, terutama akan populasinya di alam yang terus menurun akibat perburuan,” ujar Yokyok kepada Mongabay Indonesia, Selasa (15/12/2015).

Enggang gading yang ukuran tubuhnya mencapai 170 cm memang mudah untuk ditandai. Jenis ini sering bertengger bersama pasangannya di tajuk pepohonan besar yang tak jarang bergabung dengan jenis enggang lainnya. Sang jantan, biasanya paruhnya kuning dan merah dengan leher merah tanpa bulu. Sementara si betina lehernya berwarna putih kebiruan. Populasi dan habitat terbesar burung yang masuk dalam keluarga Bucerotidae, burung berukuran hingga 170 cm dengan paruh kokoh, memang di Indonesia.

Menurut Yokyok, predikat Kritis yang kini disematkan pada enggang gading sudah terlihat gelagatnya. Sejak berita perburuan enggang gading marak, penelitian, pemantauan dan investigasi telah dilakukan sekaligus membandingkan populasi enggang gading yang ada di Indonesia dengan Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Hanya di Myanmar, yang ada perburuan skala kecil karena memang populasinya sedikit. Di Malaysia dan Thailand tidak ada. “Awal 2012, perburuan mulai marak di Indonesia dan berlangsung hingga sekarang. Populasi yang menurun drastis terlihat di Sumatera dan Kalimantan.”

Kurun waktu 2012-2015, tercatat 16 kali penangkapan perdagangan gading enggang di Indonesia dengan sitaan lebih dari 1.142 paruh. Sementara di Tiongkok, berhasil diamankan 1.080 paruh enggang gading hasil 19 kali operasi yang diyakini semua itu dari Indonesia.

Dalam tiga tahun terakhir itu, sekitar 2.222 enggang gading dibantai. “Artinya, perburuan enggang gading memang terus terjadi,” ujar Yokyok.

Jaringan internasional
Modus perburuan enggang gading memang semakin rapi dengan melibatkan jaringan internasional. Menurut Yokyok, membongkar jaringan ini sama sulitnya dengan memberantas sindikat pemburu gajah, harimau, dan orangutan. “Setahun ini, saya melakukan evaluasi status populasi dan ancaman. Tahun depan baru dipublikasikan hasilnya.”

Kasus penyelundupan yang dilakukan warga Malaysia yang berhasil diungkap Kepolisian Amerika awal Desember 2015, misalnya, telah dilakukan pengintaian sejak 2013. Berdasarkan pengakuan dua warga Malaysia yang ditangkap Agen Federal di Oregon, AS itu, mereka mendapatkan suplai paruh enggang gading, rangkong badak, serta tulang babirusa, dan orangutan yang berasal dari Kalimantan untuk diselundupkan ke Amerika. Kedua pelaku bernama Eoin Ling Churn Yeng (35) dan Galvin Yeo Siang Ann (33), harus menghadapi ancaman hukuman 20 tahun penjara dan denda 250 ribu Dollar Amerika atas perbuatannya.

Di Indonesia, perburuan enggang gading atau yang juga dikenal dengan sebutan rangkong gading, memang begitu nyata. Berdasarkan survei, masyarakat di Sumatera dan Kalimantan yang sering masuk hutan menuturkan, sebelum maraknya perburuan, suara enggang gading akan terdengar satu hingga dua kali dalam sehari.

Sekarang, di lokasi yang sama, satu hingga dua minggu belum tentu terdengar kicaunya. “Di Kalimantan Barat, tingkat perburuannya lebih tinggi ketimbang Sumatera. Informasi terakhir, para pemburu juga sudah merambah ke Kalimantan Timur yang kebanyakan modusnya mereka “dimodalin” dulu, baik senjata maupun logistik.”

Bagaimana agar angka perburuan di Indonesia dapat ditekan? Menurut Yokyok, pertama, penegakan hukum harus dilakukan sebagai efek jera. Terlebih enggang gading merupakan jenis yang dilindungi UU Nomor 5/1990 tentang Konservasi dan Sumber Daya Alam dan PP Nomor 7/1999 Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Enggang gading juga terdaftar dalam Appendiks 1 CITES.

Di Kalimantan Barat, terindikasi penyelundupannya menggunakan kapal laut atau bermain di perbatasan negara yang pergerakannya menggunakan jalan tikus. ”Indikasi ini diperkuat temuan investigasi Special Agent US Fish & Wildlife Services (USFWS), Oregon, Amerika, akan paruh enggang gading yang dikirim dari Sarawak, Malaysia ke Amerika yang asalnya dari Kalimantan. Paket tersebut ditulis barang kerajinan.”

Kedua, pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat terutama yang berada di pinggiran hutan harus dilakukan. Bila ekonomi masyarakat telah tercukupi dan mendapatkan manfaat langsung dari hutan, mereka tidak akan melakukan hal negatif. “Konservasi enggang gading bisa dimotori masyarakat adat seperti masyarakat Dayak, dengan memanfaatkannya sebagai kegiatan ekowisata, penguat ekonomi, sekaligus menjadi True Hornbills Guardian.”

Ketiga, kampanye pentingnya kelestarian enggang gading harus terus dilakukan, terutama di Kalimantan Barat. “Ironis memang, maskot Kalimantan Barat ini justru banyak diburu di rumahnya sendiri. Karena itu, kebanggaan daerah harus dibangkitkan.”

Sebagai petani hutan tropis, enggang gading dan jenis enggang lainnya memiliki peran penting sebagai pemencar biji. Di hutan, secara alami memang kerap terjadi forest gap yang akibat pohon roboh, longsor dan lainnya. Enggang yang terbangnya acak akan menebar biji di daerah yang rusak itu. Siklus alami yang menciptakan keseimbangan ekologis.

Margaret F. Kinnaird dan Timothy G. O’Brien, peneliti rangkong dan hutan tropis, menjuluki rangkong sebagai petani hutan tangguh karena kehebatannya menebar biji. Ada hubungan tak terpisahkan antara rangkong dengan hutan yang sehat karena rangkong, termasuk enggang gading, memang memerlukan pohon yang besar untuk sarangnya. Hadirnya jenis rangkong secara pasti menunjukkan bahwa pohon dengan kayu ukuran besar masih tumbuh di hutan.

Di Sumatera dan Kalimantan, anggota keluarga Bucerotidae yang tersebar adalah enggang klihingan, enggang jambul, julang jambul-hitam, julang emas, kangkareng hitam, kangkareng perut-putih, rangkong badak, rangkong gading, dan rangkong papan. Khusus rangkong papan, jenis ini tidak ada di Kalimantan.

sumber
https://www.mongabay.co.id/2015/12/16/enggang-gading-yang-mendadak-kritis/

Sabtu, Juli 06, 2019

TERUNG PIPIT (Solanum torvum)

Sinonim
Solanum ficifolium Ortega

Nama Umum
Indonesia: terung pipit, terong pipit, rimbang, cepokak, pokak [jav], takokak [sun]


Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Asteridae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae
Genus: Solanum
Spesies: Solanum torvum Sw.


sumber
http://plantamor.com/species/info/solanum/torvum

Rabu, Juli 03, 2019

HEARTLEAF ICEPLANT (Aptenia cordifolia)

Sinonim
Mesembryanthemum cordifolium L. f.

Nama Umum
Inggris: heartleaf iceplant

Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Hamamelidae
Ordo: Caryophyllales
Famili: Aizoaceae
Genus: Aptenia
Spesies: Aptenia cordifolia (L. f.) Schwant.

sumber
http://plantamor.com/species/info/aptenia/cordifolia

Hewan-hewan Tercepat di Darat, Laut, dan Udara

Satwa-satwa dibekali kemampuan untuk berlari, terbang, atau melesat di lautan dengan begitu cepat, lebih cepat dari manusia. Kemampuan ini menjadikan mereka mampu menghindarkan diri dari bahaya, maupun untuk mengejar mangsanya, ataupun melindungi kawanannya.

Apa saja satwa-satwa tercepat di dunianya?

Hewan tercepat di darat
1. Cheetah


Jika ada kompetisi lari di dunia satwa, maka Cheetah (Acinonyx jubatus) akan mendominasi kategori pelari cepat (sprinter). Kucing besar ini adalah hewan darat tercepat jarak pendek, mampu berlari hingga 106 km per jam. Seekor Cheetah dari Cincinnati Zoo bernama Sarah telah tercatat berlari 100 meter hanya dalam 5,95 detik. Manusia tercepat, pelari Usain Bolt, dapat menempuh jarak yang sama dalam 9,58 detik.

2. Antelop Pronghorn

Cheetah memang pelari cepat, tapi pada jarak pendek atau sprinter. Cheetah tak jago berlari jarah jauh, atau marathon. Untuk hal ini,  Antelop Pronghorn (Antilocapra americana) juaranya. Hewan berkuku kecil ini dapat mencapai kecepatan tertinggi 89 km/jam,  tetapi dapat mempertahankan kecepatan  48 km/jam  sepanjang jarak berkilo-kilo meter. Kemampuan maraton antelop ini berguna untuk migrasi jarak jauhnya, yang membentang sejauh  483 km antara DAS Upper Green River di negara bagian Wyoming hingga Taman Nasional Grand Teton di Amerika.

Hewan tercepat di udara
1. Elang Peregrine

Falcon Peregrine (Falco peregrinus) mampu terbang melesat sangat cepat. Pemburu udara ini dapat mencapai kecepatan hingga  354 km/jam  saat meluncur ke bawah bawah . Kecepatan jelajah regulernya berkisar antara  64 hingga 97 km/jam. Elang ini mampu terbang cepat  karena bentuk sayap yang runcing dan ramping , tulang dada besar sebagai tempat otot yang kuat dan bulu kaku yang mengurangi hambatan saat menembus udara.

2.  Burung Snipe Besar

Sementara, untuk penerbang marathon yang cepat, burung ini memegang rekor sebagai penerbang cepat jarak jauh. Burung Snipe Besar (Gallinago media) bermigrasi dalam jarak yang sangat jauh dari Eropa timur laut ke Afrika tengah setiap tahun, sejauh hingga  6.760 km.

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2011 di jurnal Biology Letters, para peneliti melengkapi beberapa migrator kecil ini dengan alat pelacak dan menemukan bahwa mereka dapat melakukan perjalanan luar biasa ini hanya dalam 48 hingga 96 jam. Dan menariknya, burung-burung itu terbang dengan kecepatan hingga  97 km / jam dengan durasi yang panjang.

Hewan tercepat di laut
1. Ikan Layar

Ikan layar (Istiophorus)  dapat berenang dengan kecepatan lebih dari  110 km/jam, sesuai hasil penelitian Badan Nasional Kelautan dan Atmosfer (NOAA) Amerika.  Meski begitu, para peneliti juga sedang melakukan penelitian terhadap ikan Tuna Bluefin yang dikatakan lebih cepat dari ikan layar.

2. Lumba-lumba

Lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncates) memang cepat, tetapi mereka akan kalah dalam perlombaan renang jarak jauh dengan kerabat mereka, lumba-lumba biasa (Delphinus delphis dan Delphinus capensis). Lumba-lumba biasa hidup di  lautan di perairan beriklim sedang dan tropis, dan mereka dapat mencapai kecepatan hingga  64 km/jam dan mampu berenang cepat dalam durasi lama.

Reptil Tercepat
Iguna Ekor Berduri

Iguana ekor berduri (genus Ctenosaura) adalah kadal tercepat di dunia reptil. Satwa kecil asli Amerika Tengah ini dikenal karena punggungnya yang runcing dan ekspresi yang tenang saat diam. Pada tahun 1984, seorang peneliti mencatat satwa ini mampu melesat  hingga 35 km/jam .

Molluska tercepat
Cumi-cumi Jumbo dan Humboldt

Filum Mollusca mencakup satwa yang lambat dan mantap seperti siput dan hewan yang hampir tak bergerak seperti kerang dan tiram. Tetapi moluska beragam, dan beberapa telah berevolusi untuk bergerak. Cumi-cumi adalah yang tercepat dari moluska, dengan cumi-cumi Jumbo dan Humboldt yang mampu berenang hingga 24 km/jam .

Serangga tercepat
Kumbang Harimau Australia

Kumbang harimau Australia (Cicindela hudsoni) tidak masalah tidak bisa terbang, tetapi dia dapat berlari dengan kecepatan 9 km/jam.   Kerabat dekatnya, kumbang harimau Australia lainnya (Cincindela eburneola) sedikit lebih lambat yakni mampu berlari  6,8 km/jam  tetapi lebih cepat jika dihitung lewat proporsi  panjang tubuh,  dapat menempuh 171 panjang tubuh per detik.

sumber
https://www.mongabay.co.id/2019/06/01/inilah-hewan-hewan-tercepat-di-darat-laut-dan-udara/

Minggu, Juni 30, 2019

BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus)

Sinonim
Coleus amboinicus Lour.

Nama Umum
Indonesia: bangun-bangun, daun kucing, daun kambing;
Vietnam: tan day la;
China: zuo shou xiang, yin du bo he, dao shou xiang;
Jepang: kuuban oregano;
Inggris: country borage, indian mint, mexican mint

Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Asteridae
Ordo: Lamiales
Famili: Lamiaceae
Genus: Plectranthus
Spesies: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.

sumber
http://plantamor.com/species/info/plectranthus/amboinicus

Senin, Juni 17, 2019

RANDU (Ceiba pentandra)

Sinonim
Bombax pentandrum L.
Eriodendron anfractuosum DC.

Nama Umum
Indonesia: randu, kapuk randu;
Filipina: buboi;
Thailand: nun;
Inggris: kapok

Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Viridiplantae
Superdivisi: Embryophyta
Divisi: Tracheophyta
Subdivisi: Spermatophytina
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Dilleniidae
Ordo: Malvales
Famili: Bombacaceae
Genus: Ceiba
Spesies: Ceiba pentandra (L.) Gaertn.

sumber
http://plantamor.com/species/info/ceiba/pentandra

Sabtu, Juni 15, 2019

Hewan Paling Aneh Di Muka Bumi

Ada jutaan spesies satwa di muka bumi, dan para ilmuwan bahkan belum menyakin berapa banyak total jumlah satwa. Dari jutaan jenis satwa tersebut, ada beberapa yang bentuknya paling aneh. Berikut 7 diantaranya

Mole Hidung Bintang

Dari samping, mole ini hanya terlihat sedikit aneh, tetapi bila dilihat dari depan, mengejutkan. Banyak orang melihat hidung dengan organ seperti tentakel aneh terlihat jelek. Kenyataannya, 11 pasang organ pelengkap pada moncong itu cukup menakjubkan, yang mengandung lebih dari 25.000 reseptor sensorik yang disebut organ Eimer. Itu adalah alat sensorik utama makhluk, dan para ilmuwan percaya itu organ itu dapat mendeteksi gelombang seismik.

Katak Microhyla nepenthicola

Katak berukuran sangat kecil ditemukan di Kalimantan pada 2010. Ketika para peneliti pertama kali menemukan katak kecil itu, mereka mengira itu adalah anakan. Sejak itu, yang lain telah ditemukan, dan sekarang para peneliti tahu bahwa bahkan katak dewasa pun ukuran badannya tidak lebih setengah inci panjangnya.

Spon Kecapi

Jika ingin menemukan makhluk yang aneh, maka menyelamlah jauh ke dalam lautan. Daam kedalaman yang gelap, tersembunyi jenis penghuni yang menarik. Seperti spon kecapi yang terlihat seperti candelabra yang berada di dasar lautan. Terlepas dari penampilannya yang halus dan elegan, spon kecapi berbahaya bagi krustasea yang merupakan makanannya.

Ikan Es

Ikan es hidup di laut sekitar Antartika. Mereka memiliki adaptasi yang luar biasa hebat terhadap air dingin. Alih-alih darah mengalir melalui pembuluh darah mereka, mereka memiliki semacam anti-beku alami yang mempertahankan suhu tubuh mereka.

Babi Laut

Babi laut tidak lah seperti babi, tetapi sebenarnya semacam teripang dengan kaki. Terlihat cenderung terlihat agak gemuk dan bulat. Babi laut menghuni dasar laut dari setiap samudra di dunia, termasuk Antartika. Seringkali mereka bepergian dalam kelompok besar, kadang-kadang dalam ratusan.

Man of War

Secara teratur keliru dianggap sebagai ubur-ubur, man-of-war sebenarnya adalah siphonophore. Yaitu hewan yang terdiri dari koloni organisme yang bekerja sama berfungsi sebagai satu.

Sea Squirt

Satwa laut bernama sea squirt ini. Ia pemakan otaknya sendiri, yang menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam tahap larva. Ketika menemukan dasar laut yang bagus untuk menetap, kemudian menetap. Dan mulai

Makan diri sendiri, dari insang, mata, notochord dan otak diserap. Semua bagian tubuh itu dimakan karena tidak dibutuhkan lagi untuk bergerak. Semua organ itu kemudian didaur ulang untuk menciptakan sistem tubuh baru, termasuk sistem pencernaan, reproduksi, dan peredaran darah.

sumber
https://www.mongabay.co.id/2018/10/13/ini-7-hewan-paling-aneh-di-muka-bumi/

Minggu, Juni 02, 2019

HERBACEOUS SEEP WEED (Suaeda maritima)

Sinonim
Dondia maritima (L.) Druce
Suaeda prostrata Pall.
Suaeda richii Fernald

Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Hamamelidae
Ordo: Caryophyllales
Famili: Chenopodiaceae
Genus: Suaeda
Spesies: Suaeda maritima (L.) Dum.

Sumber
http://plantamor.com/species/info/suaeda/maritima

Rabu, Mei 15, 2019

DAUN UNGU (Graptophyllum pictum)

Nama Umum
Inggris: caricature-plant


Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Asteridae
Ordo: Scrophulariales
Famili: Acanthaceae
Genus: Graptophyllum
Spesies: Graptophyllum pictum (L.) Griffith

sumber http://plantamor.com/species/info/graptophyllum/pictum

Senin, April 22, 2019

Merbah Cerucuk, Si Burung Komunal yang Jinak

Burung ini bernama Merbah Cerucuk (Pycnonotus goiavier). Burung yang juga bernama Yellow-vented Bulbul Merupakan sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya cica, cucak, cerukcuk atau jogjog. Sedangkan orang Jawa menyebutnya sebagai terucuk atau cerocokan, mengikuti bunyi suaranya yang khas.

Burung ini berukuran sedang. Yang dewasanya, mempunyai panjang tubuh total sekitar 20 cm. Mempunyai ciri mahkota cokelat gelap kehitaman, alis dan sekitar mata putih, dengan kekang (garis di depan mata) hitam.

Sisi atas tubuhnya berwarna coklat, sedangkan sisi bawahnya (tenggorokan, dada dan perut) adalah putih. Sisi lambung dengan coretan-coretan coklat pucat, dan penutup pantat berwarna kuning. Memang sekilas, burung ini terlhat unik dan agak sedikit mirip dengan derkuku, jika dilihat dari kejauhan.

Merbah cerukcuk menyukai tempat-tempat terbuka, semak belukar, tepi jalan, kebun, dan hutan sekunder. Dan Mongabay Indonesia pun mengambil gambar burung ini di perkebunan di daerah Bogor pada Februari kemarin.

Umumnya terdapat di daerah dengan ketinggian 1500 m dpl. Tetapi tidak menutup kemungkinan pula, burung ini juga ditemukan di daerah yang lebih rendah, di mana di sana sedang musim buah-buah kecil.

Dan dapat ditemukan di daerah Sumatera (termasukpulau-pulau bagian timur), Kalimantan (termasuk Batambangan dan Maratua), Jawa dan Bali. Sedangkan untuk penyebaran globalnya, merbah cerucuk terdapat di Asia Tenggara, semenanjung Malaysia, Sunda Besar dan Lombok.

dikutip dari
https://www.mongabay.co.id/2019/04/20/merbah-cerucuk-si-burung-komunal-yang-jinak/

Sabtu, April 20, 2019

Burung merupakan indikator alami kualitas lingkungan

Burung merupakan kehidupan liar yang dapat dengan mudahnya kita jumpai. Mulai dari pegunungan hingga lautan, dari hutan belantara hingga permukiman, burung selalu datang menceriakan alam.

Satu hal yang pasti, hadirnya burung-burung liar di lingkungan kita menunjukkan bahwa kualitas udara di permukiman kita masih asri. “Burung merupakan indikator alami kualitas lingkungan, selain memiliki fungsi ekologis sebagai penebar biji hingga pengendali ulat,” tutur Johan Iskandar, Guru Besar Etnobiologi Universitas Padjadjaran (Unpad).

Masihkah jenis-jenis burung ini terlihat di sekitar kita?

Burung-madu Sriganti

Burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis) tersebar luas di Tiongkok, Asia bagian tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Indonesia, hingga pulau Irian dan Australia. Burung yang “ribut” ini bergabung dalam kelompok kecil dan selalu berpindah dari satu pohon ke pohon lain. Sang jantan terkadang terlihat lebih galak saat berkejaran.

Burung-madu jantan dan betina memiliki perbedaan. Jantan memiliki warna dagu dan dada hitam-ungu metalik dengan punggung hijau-zaitun. Sementara betina warna perutnya hijau-zaitun dengan bagian punggung kuning dengan alis kuning-muda.

Wilayah yang paling sering dikunjungi adalah semak pantai, hutan mangrove, dan pekarangan. Biasanya, ia akan mendatangi bunga morinda atau pohon pepaya.

Cucak Kutilang 

Kala pagi datang, burung bersuara nyaring nan merdu ini selalu bernyanyi di atas pucuk pohon tinggi. Tak mengherankan bila namanya diabadikan dalam lagu anak-anak yang hingga kini masih melekat. Meski nama lengkapnya cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung ini lebih dikenal dengan nama kutilang. Burung yang berkerabat dengan bulbul ini dianggap sebagai burung cerdas dan bijaksana. Tak mengherankan namanya sering muncul dalam cerita dongeng internasional.

Hingga kini, kutilang masih dengan mudah dijumpai di kota-kota besar. Pohon kesukaannya adalah mangga, rambutan, sukun, nangka dan pohon buah lainnya yang cukup rindang. Tak ketinggalan pohon kersen, belimbing, jambu biji serta pohon buah lain yang menyerupai semak.

Burung-gereja Erasia 

Burung-gereja erasia (Passer montanus) merupakan jenis burung yang familiar di masyarakat. Dalam kelompok jumlahnya bisa mencapai hingga 50 individu. Ciri utamanya, bulu berwarna coklat dengan bercak pipi dan strip mata hitam. Jenis ini sangat mudah dijumpai di permukaan tanah saat mencari makan terutama biji-bijian rumput termasuk padi. Namun, akan segera terbang jika terusik.

Bagi sebagian orang, burung ini mungkin dianggap biasa karena mudah dilihat dan bergerombol. Akan tetapi, ia memiliki keistimewaan berupa kemampuannya berkoloni dan tidak takut dengan manusia. Populasinya secara global diperkirakan mencapai 20 juta individu.

Bondol Haji 

Burung ini mudah dikenali karena di kepalanya ada warna putih, sebagaimana pak haji yang memakai topi putih. Burung berukuran agak mungil ini akan mengeluarkan suara seperti seruling saat terbang berkelompok.

Bondol haji (Lonchura maja) merupakan burung pemakan biji yang memiliki gaya lucu saat terbang yaitu naik-turun dengan kecepatan rendah. Ia kerap mengunjungi padang rumput terbuka, lahan pertanian, maupun persawahan. Bila di pekarangan, pohon favorit yang ia kunjungi adalah palem merah yang tinggi yang digunakannya sebagai pohon tidur. Selain itu, pohon buah seperti mangga atau rambutan tak luput digunakan sebagai tempat persinggahannya.

Cabai Jawa

Burung cantik nan lincah ini mudah dikenali dari warna kepala, dada, dan tungirnya yang merah padam sedangkan sayap dan ujung ekornya hitam. Suara khasnya sering terdengar saat bertengger atau terbang, “t’rrr-t’rrr” atau nada tinggi “hw’it” serta cicitan khas “ci-t’t, ci-t’t ci-t’t”.

Cabai jawa (Dicaeum trochileum) cukup umum dan mudah dijumpai di sekitar pekarangan rumah atau kebun. Buah benalu yang lengket, yang tumbuh di pohon rambutan atau jambu air sangat disukai cabai jawa. Serangga yang berada di dahan pohon jambu biji dan delima menjadi menu santapan andalannya. Salah satu pohon yang paling diminati burung ini saat berbuah adalah pohon kersen.

Tekukur Biasa 

Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) merupakan burung yang sering kita lihat di halaman. Biasanya berada di atas permukaan tanah sembari mencari makan. Ciri khas burung berukuran sedang ini adalah memiliki warna coklat kemerahjambuan dengan bulu sayap yang lebih tebal ketimbang bulu tubuhnya. Nama tekukur diambil dari suara merdunya “te-kuk-kurr” yang diulang dengan nada terakhir memanjang.

Burung yang sering bertengger berpasangan ini sering dipelihara sebagai burung hias. Bila terganggu akan terbang rendah di atas tanah, dengan kepakan sayap pelan yang khas. Keberadaannya tersebar luas mulai dari Asia Tenggara hingga Nusa Tenggara dan diintroduksi ke tempat lain sampai Australia dan Los Angeles (AS). Di Indonesia, umumnya ditemukan di seluruh kawasan Sunda Besar, terutama di daerah terbuka dan perkampungan.

Raja-udang Meninting

Raja-udang meninting (Alcedo meninting) merupakan burung kecil berukuran 15 cm yang paling suka mengunjungi sungai, danau, dan juga pepohonan. Sarangnya biasa terlihat di pinggiran sungai.

Burung berkaki merah ini sangat tidak menyukai daerah perairan dan lahan basah yang tercemar. Karena, di wilayah inilah ia mencari pakan kesukaannya berupa ikan dan udang kecil. Inilah alasan kuat mengapa kehadiran raja-udang meninting dapat kita jadikan indikator alami kualitas air sungai yang ada di wilayah kita.

Disadur dari
https://www.mongabay.co.id/2015/05/04/masihkah-ada-jenis-burung-ini-di-sekitar-kita/