Kamis, Juni 09, 2011

WHO: Sudah 22 Meninggal Akibat E. Coli

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan penyakit akibat bakteri "Escherichia coli" (E. coli) yang melanda Jerman dan 11 negara lainnya di wilayah Eropa hingga kini telah mencapai 2.260 kasus dan mengakibatkan kematian 22 orang.
Menurut Pusat Media PBB di New York, Senin, WHO dalam laporan yang dikeluarkannya pada Minggu (5/6) mengungkapkan banyak pasien yang terkena bakteri "enterohaemorrhagic E. coli" (EHEC) berlanjut mengalami penyakit yang bisa menjadi fatal yaitu "haemolytic uraemic syndrome" (HUS).

Hingga 5 Juni 2011, Jerman telah melaporkan timbulnya 1.536 kasus EHEC tanpa HUS --yaitu peningkatan sebanyak 108 kasus dari satu hari sebelumnya-- dan mengakibatkan kematian terhadap enam orang.

Ada pun kasus HUS di negara tersebut meningkat sebanyak 64 kasus menjadi 627, dengan kematian sebanyak 15 orang.

Secara keseluruhan, 31 kasus HUS --satu orang meninggal-- dan 71 kasus EHEC dilaporkan terjadi di 11 negara Eropa, yaitu Austria, Ceko, Denmark, Perancis, Belanda, Norwegia, Polandia, Spanyol, Swedia, Swiss dan Kerajaan Inggris.

Tidak hanya di Eropa, penyakit E.coli juga terjadi di Amerika Serikat.
WHO menjelaskan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS sebelumnya telah melaporkan terjadinya dua kasus HUS, yang keduanya berkaitan dengan penyakit E. coli di Eropa dan terbawa melalui perjalanan.

Seperti yang diungkapkan WHO pekan lalu, E. coli timbul akibat adanya ketegangan yang jarang ditemukan pada bakteri.

EHEC merupakan ketegangan bakteri E. coli yang sangat parah, biasanya ditemukan pada usus binatang, terutama binatang-binatang menyusui/pemamah biak.

Menurut WHO, EHEC memproduksi racun yang dikenal sebagai "Shigatoxin" atau "verotoxin", yang bisa merusak sel-sel darah serta ginjal.

Penyakit EHEC dapat dikenali melalui beberapa gejala, yaitu orang yang bersangkutan mengalami kram perut dan diare, yang mungkin juga disertai pendarahan.

Gejala EHEC dapat juga berupa demam dan muntah-muntah, kata WHO.
Kebanyakan pasien yang terkena EHEC akan berangsur sembuh dalam waktu 10 hari.
Dalam sejumlah kecil kasus, terutama pada anak-anak dan orang tua, penyakit tersebut dapat menjadi penyakit yang mengancam nyawa, seperti HUS yang bisa menyebabkan gagal ginjal akut, anemia haemolytic dan rendahnya tingkat trombosit.

Sementara itu, di Indonesia Kementerian Kesehatan telah memberikan panduan untuk mencegah EHEC dan HUS, yaitu dengan mengimbau masyarakat menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (BAB) sebelum makan.

Mereka yang mengalami diare disertai pendarahan ataupun menderita sakit setelah bepergian dari Jerman dan kontak dengan penderita, diimbau segera berkonsultasi kepada dokter atau petugas kesehatan.

Kementerian Kesehatan juga mengingatkan lima kunci untuk keamanan pangan seperti yang dianjurkan WHO, yaitu jaga kebersihan; pisahkan bahan mentah dengan makanan matang; masak makanan sampai matang; jaga makanan pada suhu aman; dan gunakan air bersih untuk mencuci bahan pangan. 

artikel dikutip dari http://www.antaranews.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini