Kamis, Juni 09, 2011

Kecoa Mampu Melawan Bakteri Super


Bila biasanya kecoa dianggap hewan yang menjijikan karena identik dengan tempat-tempat kotor dan tidak higienis, kini Anda perlu bersyukur pada hewan yang menggelikan ini. Karena menurut penelitian terbaru kecoa dapat memerangi bakteri super seperti MRSA dan bakteri Escherichia coli (E.coli).

Berdasarkan penelitian Simon Lee dari Universitas Nortingham, Inggris, kecoa dan belalang mengandung molekul antibiotik yang kuat di otak mereka yang dapat digunakan untuk mengembangkan pengobatan baru melawan Methicillin-resistant Staphylococcus Aureus(MRSA) dan E. Coli.

Di banyak negara MRSA (bakteri yang kebal terhadap obat antibiotik) telah menjadi masalah. MRSA menyebabkan 50 persen dari semua infeksi yang didapat dari rumah sakit di Amerika Serikat. Di sejumlah negara Eropa, rata-rata 20.000 orang meninggal dunia tiap tahunnya dan sekitar 10 persen di antaranya dari MRSA.

Dalam penelitian mengenai kecoa dan belalang, para ilmuwan telah mengidentifikasi hingga sembilan molekul yang berbeda dan berpotensi menjadi racun terhadap bakteri-bakteri super tersebut. Para peneliti juga berharap akan membuka jalan bagi pengobatan baru untuk berbagai obat yang kebal terhadap infeksi bakteri.

Berdasarkan penlitian, jaringan otak dan sistem syaraf serangga bisa membunuh lebih dari 90% dari MRSA dan bakteri E.coli, tanpa merugikan sel-sel manusia. Simon Lee, yang akan menyajikan karyanya pada pertemuan Asosiasi Lembaga Masyarakat Untuk Mikrobiologi di Nottingham, mengatakan, "Kami berharap bahwa molekul-molekul ini akhirnya dapat dikembangkan menjadi pengobatan untuk E. coli dan infeksi MRSA yang semakin resisten terhadap obat-obatan saat ini."

"Hasil penelitian ini juga berpotensi sebagai antibiotik baru dapat memberikan alternatif untuk obat yang saat ini sudah tersedia dan cukup efektif tetapi memiliki efek samping yang serius dan tidak diinginkan," kata Lee.

Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik disebabkan penggunaan yang tidak sesuai dan pengobatan sendiri, ketidakpatuhan pasien seperti penghentian pengobatan, manajemen higienitas yang tidak cukup, dan tidak mengikuti praktik yang telah terbukti.



Bila biasanya kecoa dianggap hewan yang menjijikan karena identik dengan tempat-tempat kotor dan tidak higienis, kini Anda perlu bersyukur pada hewan yang menggelikan ini. Karena menurut penelitian terbaru kecoa dapat memerangi bakteri super seperti MRSA dan bakteri Escherichia coli (E.coli).
Berdasarkan penelitian Simon Lee dari Universitas Nortingham, Inggris, kecoa dan belalang mengandung molekul antibiotik yang kuat di otak mereka yang dapat digunakan untuk mengembangkan pengobatan baru melawan Methicillin-resistant Staphylococcus Aureus(MRSA) dan E. Coli.
Di banyak negara MRSA (bakteri yang kebal terhadap obat antibiotik) telah menjadi masalah. MRSA menyebabkan 50 persen dari semua infeksi yang didapat dari rumah sakit di Amerika Serikat. Di sejumlah negara Eropa, rata-rata 20.000 orang meninggal dunia tiap tahunnya dan sekitar 10 persen di antaranya dari MRSA.
Dalam penelitian mengenai kecoa dan belalang, para ilmuwan telah mengidentifikasi hingga sembilan molekul yang berbeda dan berpotensi menjadi racun terhadap bakteri-bakteri super tersebut. Para peneliti juga berharap akan membuka jalan bagi pengobatan baru untuk berbagai obat yang kebal terhadap infeksi bakteri.
Berdasarkan penlitian, jaringan otak dan sistem syaraf serangga bisa membunuh lebih dari 90% dari MRSA dan bakteri E.coli, tanpa merugikan sel-sel manusia. Simon Lee, yang akan menyajikan karyanya pada  pertemuan Asosiasi Lembaga Masyarakat Untuk Mikrobiologi di Nottingham, mengatakan, "Kami berharap bahwa molekul-molekul ini akhirnya dapat dikembangkan menjadi pengobatan untuk E. coli dan infeksi MRSA yang semakin resisten terhadap obat-obatan saat ini."
"Hasil penelitian ini juga berpotensi sebagai antibiotik baru dapat memberikan alternatif untuk obat yang saat ini sudah tersedia dan cukup efektif tetapi memiliki efek samping yang serius dan tidak diinginkan," kata Lee.
Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik disebabkan penggunaan yang tidak sesuai dan pengobatan sendiri, ketidakpatuhan pasien seperti penghentian pengobatan, manajemen higienitas yang tidak cukup, dan tidak mengikuti praktik yang telah terbukti.
 
Sumber :Telegraph

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini