Senin, Maret 28, 2011

Bagaimana Hewan yang Hidup di Dasar Laut Mendapatkan Makanan?

Kita semua tahu bahwa laut dalam atau dasar laut adalah wilayah laut yang memiliki tekanan hidrostatik yang meningkat dengan cepat, gelap, suhu sangat dingin, kadar Oksigen rendah, dan suplai makanan yang langka. Lalu bagaimana organisme yang menempati wilayah in dapat hidup? Dan dari mana mereka mendapatkan makanan?

Organisme yang hidup di laut dalam harus beradaptasi dengan berbagai kondisi yang mereka temukan di sana. Bentuk dan struktur tubuh organisme laut dalam disesuaikan dengan kondisi dasar laut. Makanan pada twilight zone (zona senja) hingga zona gelap di lautan adalah sumber daya yang langka. Makanan yang langka juga mempengaruhi struktur tubuh.Oleh karena itu, ikan laut dalam cenderung untuk menghemat energi. Energi yang mereka miliki harus dialokasikan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan reproduksi. Ikan laut dalam menurunkan penggunaan energi mereka dengan menyesuaikan tubuh terhadap kondisi yaitu dengan memiliki otot yang lemah, tulang yang kurang padat, tingkat metabolisme yang lebih rendah, dan memperlambat kecepatan bernapas (respirasi).
Demi menghemat energi ini, ikan laut dalam perlu mengambil keuntungan penuh dari setiap mangsa potensial yang mungkin mereka hadapi. Adaptasi ini ditunjukkan dengan kecenderungan  memiliki mulut yang besar, rahang dan gigi yang kuat, dan perut besar serta dapat diperpanjang. Ikan laut dalam bahkan dapat memperpanjang perutnya sampai tiga kali ukuran mangsa yang jauh lebih besar. Misalnya, seekor belut gulper dengan mulut yang besar bisa menelan ikan lain yang jauh lebih besar daripada dirinya.
Banyak hewan tingkat tinggi seperti ikan mengandalkan menangkap hewan atau spesies lain untuk dimakan. Beberapa ikan laut dalam secara teratur bermigrasi untuk mencari makan dekat permukaan, terutama pada malam hari saat jumlah pemangsa lebih sedikit. Ikan laut dalam berbeda dengan ikan permukaan karena ikan laut dalam memiliki tubuh lembek kecil jika dibandingkan dengan kerabat mereka di dekat permukaan.
Sumber makanan lain bagi organisme laut dalam bergantung pada makanan yang jatuh dari atas (material detritus) atau makan satu sama lain. Binatang besar yang mati seperti ikan hiu atau paus akan jatuh ke wilayah ini kemudian akan dimakan oleh organisme laut dalam. Peristiwa makan ini berlangsung cepat dan jarang.
Selain ukuran mulut yang besar, bentuk adaptasi lain untuk menghemat energi sekaligus mendapatkan makanan adalah mengevolusikan sejumlah keahlian khusus (adaptasi perilaku). Sebagai contoh, Ikan Fang Tooth yang memiliki tingkat agresifitas yang tinggi sehingga ketika ada mangsa yang lewat di depannya ia dapat dengan cepat memakannya, karena memang tidak banyak hewan laut yang mampu hidup dalam ekosistem ini. Kemudian contoh lainnya adalah Ikan Hairyangler yang tubuhnya dipenuhi dengan antena sensitif sekali terhadap setiap gerakan dan berfungsi untuk mendeteksi mangsa yang ada didekatnya.
Sebagian besar laut dalam di  dunia terdiri dari banyak lumpur seperti cairan yang mengandung materi detritus. Ini berasal dari perut bumi. Hewan yang dapat menghuni lingkungan ini harus mampu untuk berpindah di seluruh cairan tanpa tenggelam.  Hewan yang dapat hidup di tempat seperti ini memiliki bentuk bintang atau dengan banyak tentakel karena dapat menyaring makanan dari air di atas lumpur sementara tubuh hewan duduk di permukaan lumpur.  Contoh spesies ikan yang disebut ikan tripod memiliki tiga sirip diperluas membentuk tripod yang memungkinkan ikan bergerak dengan mudah di atas substrat lunak tanpa tenggelam ke dalamnya.
Pada lokasi cerobong hidrotermal, daerah dasar laut yang mirip gunung berapi mini, air dipenuhi dengan kandungan Hidrogen Sulfida (H2S) yang beracun. Walau keadaan yang demikian terdapat penghuni di cerobong tersebut yaitu Puly Chaek yang terdapat pada suhu 80o Celsius. Tidak ada hewan yang lain yang bisa hidup pada suhu dan tekanan tinggi, sehingga para ilmuwan menyebutnya cacing pompeii.
Dalam bagian lain sekitar cerobong yang lebih ramah,  bisa terdapat banyak komunitas yang terdiri dari beberapa organisme, bagian bawah dari lubangnya dipenuhi oleh kerang besar, kemudian kepiting putih. Selain itu terdapat cacing berwarna merah yang memenuhi bagian dari cerobong tersebut dengan panjang masing-masing 2 m dan lebar 4 cm. Didalam tubuh mereka terdapat bakteri yang mampu menyerap energi dari sulfida yang keluar dari cerobong. Koloni bakteri ini adalah sumber energi utama setiap organisme hidup disini. Bakteri dan mikroba lainnya adalah inti dari rantai makanan yang diperlukan oleh lebih dari 500 spesies. Bagian teratas dari rantai makanan ada ikan yang tidak pernah bergerak jauh dari lubang itu.
Selain dengan sulfida ada yang menggunakan sumber energi lain yaitu dengan menggunakan gas Metan (CH4). Dan sekali lagi hewan yang ada didasar laut tersebut mengandung bakteri khusus yang mampu mengolah energi dari gas metan ini. Hewan laut yang hidup di ekosistem ini adalah udang, lobster, cacing polychaete merah, dan kerang.

Referensi terkait :
  1. Marine Biology, an ecological approach, James W. Nybakken. Chapter 4: Deep Sea Biology.
  2. Susan M. Libes (1992) An Introduction to Marine Biogeochemistry.
  3. John Wiley and Sons, Inc.Dive and Discover: Expeditions to the Seafloor – Woods Hole Oceanographic Institution .Deep-Sea News .
  4. Proc Biol Sci. 2005 October 7; 272(1576): 2051–2057. http://deepsealife.net/adaptations/adaptive-morphology/
  5. http://www.amnh.org/nationalcenter/expeditions/blacksmokers/life_forms.html
  6. http://www.sciencecodex.com/when_the_dinner_bell_rings_for_seafloor_scavengers_larger_animals_get_first_dibs
  7. http://www.allthesea.com/Deep-Sea-Fish.html
Sumber http://www.faktailmiah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini