Perencanaan pemanenan kayu diartikan sebagai perancangan keterlibatan hutan beserta isinya, manusia/organisasi, peralatan dan dana untuk memproduksi kayu secara lestari bagi masyarakat yang membutuhkannya dan mendapatkan nilai tamabah baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat lokal (sekitar hutan), regional dan nasional, pada suatu kurun waktu tertentu. Tujuan perencanaan pemanenan kayu perencanaan pemanenan kayu adalah memberikan arahan seberapa banyak kayu dapat dipanen secara lestari, memberikan arahan tentang metode/sistem pemanenan kayu yang tepat, memilih peralatan yang cocok untuk digunakan, memberikan arahan pelaksanaan pemanenan yang menjamin keselamatan pekerja dan lingkungan, memberikan gambaran tentang volume pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahun rencana, serta gambaran keterlibatan peralatan, tenaga kerja dan dana yang dipelukan, memberikan arahan penjadwalan kegiatan dan memberikan gambaran tentang perkiraan keuntungan yang mungkin dicapai.
Kegiatan pemanenan kayu meliputi penebangan, pengumpulan, pembagian batang, pemuatan kayu ke alat pemuat transportasi mayor atau secara mudah dan sederhana bahwa petak tebang adalah suatu areal yang dilayani oleh satu TPn dimana di dalam ini dilakukan pemanenan kayu. Dengan demikian luas petak tebang ditentukan oleh jangkauan terjauh (jalan sarad jauh) alat sarad menuju TPn atau landing.
Suatu unit anak petak memiliki jalan sarad dan TPn, jaringan jalan sarad ini dibuat untuk proses pengeluaran log yang berada pada petak tebang sampai log dikumpulkan di TPn. Satu jaringan jalan sarad memiliki satu buah jalan utama ini dibuat setelah pohon ditebang, yang berfungsi menghubungkan log dengan jalan sarad utama. Jalan sarad terbuat dari galangan kayu berukuran pancang dan tiang yang ditata berlapis. TPn berfungsi sebagai tempat pengumpulan kayu yang sudah ditebang di dalam petak tebang sehingga memudahkan dalam pemuatan ke atas lori. TPn dibuat oleh regu sarad setelah jalan sarad selesai dibuat. Penyaradan merupakan kegiatan pertama dari pengangkutan kayu yang dimulai pada saat kayu diikatkan pada rantai penyarad ditempat tebangan yang kemudian disarad ke tempat tujuan (TPn/landing, tepi sungai, tepi jalan rel atau rel) dan berakhir setelah kayu dilepaskan dari rantai sarad.
Desain petak menampakan batas petak, luas dan bentuk petak. Unit pengelolaan dibagi ke dalam petak permanen dengan menggunakan sungai dan jalan sebagai batas petak. Petak merupakan alamat, petak dipetakan. Petak digunakan memonitor luas lahan dan kondisi vegetasi. Pada tebang rumpang ini tidak diperlukan inventarisasi pohon sebelum dan sesudah penebangan, tidak dilakukan penanaman pengayaan, tidak penunjukan pohon inti, tidak ada penanaman tanah kosong dan tidak ada petak ukur permanen ( PUP ). Biaya pembinaan areal tebangan tebang rumpang amat kecil.
Pembuatan petak tebang merupakan salah satu usaha pengelolaan yang lestari, bahwa pemanfaatan jenis tanaman dan satwa harus diperhatikan kaidah-kaidah koservasi. Di dalam penentuan luas petak tebang, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan teknis. Yang dimaksud dengan pendekatan teknis adalah menentukan luas petak tebang berdasarkan jangkaun terjauh (jarak sarad), alat sarad sesuai keterbatasan atau kemampuan teknis alat-alat yang digunakan. Sistem penyaradan yang digunakan adalah sisitem traktor dimana alat yang digunakan adalah traktor.
Menentukan titik- titik yang paling mungkin dijadikan TPn, syarat suatu areal dijadikan TPn adalah:
1. Kelerengan < 5% ( areal yang cukup datar)
2. Arealnya tidak tergenang air
3. Terdapat areal datar yang mencukupi untuk menampung hasil tebangan
4. Jarak dari pinggir sungai minimal 100 m dan dari mata air minimal 200 m
Pengawasan pada petak tebang dalam pengelolaan hutan, yaitu membuat unit pengelolaan tertata penuh dan lestari, yang mempunyai petak dan unit tegakan umur satu tanam sanmpai umur daur yang sama luasnya di kondisi tanah yang hampir sama. Di dalam unit pengelolaan hutan produksi areal HPH trdapat lima tingkat desain. Tingkat desain lapangan yang dibuat yaitu:
1. Desain tingkat tegakan
2. Desain tingkat jalan sarad
3. Desain tingkat hund
4. Desain tingkat petak
5. Desain tingkat pengelola
Referensi Bacaan:
Arief. 2001. Hutan Kehutanan. Penebit Kanisius. Jakarta
Elias 1997. Bahan Kuliah Pemanenan Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor
Muhdi. 2002. Buku Panduan Praktikum Pemanenan Hasil Hutan. Program Studi Teknologi Hasil Hutan. Departemen Kehutanan. USU Press. Medan
Sagala, P. 1994. Mengelola Lahan Kehutanan Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Suparto, R.S. 1999. Pemanenan kayu. IPB Press. Bogor
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
AkarManis
Alpukat
Alzheimer
AMDAL
Antiseptik
Apium graveolens
Asma
Axonopus compressus
Bawang
Benjamin Balansa
Buah
Chelodina
Chelodina mccordi
Cinchona pubescens
Cinchona succirubra
covid
Daun Ketumbar
Deforestasi
Depresi
Desinfektan
EcengPadi
endemik
fauna
flora
Galegeeska revoilii
giant redwood
giant sequoia
GinkoBiloba
Grindelia
Hernia
informasi dunia
informasi hiburan
informasi kehutanan
Informasi Kesehatan
informasi lingkungan
jambu
Jambu Biji
Jejaring Sosial
Jeruk Nipis
Kafein
Kanker Hati
Kayu
Kayu lapis
kehutanan
Kentang
Kepunahan
kera
Kerontokan Rambut
Ketela
Kina
Kompas
Kopi Hitam
Kunyit
Kura-kura
Laboratorium
Lidah Buaya
Limbah
Matematika
Minyak Kemiri
Minyak Rosemary
Monochoria vaginalis
monyet
NAR
Neem
padang rumput
Papan
Papan Partikel
Pezoporus occidentalis
phenylindanes
Phoboscincus bocourti
Plantae
Plywood
Primata
Psidium guajava
Pterodroma cahow
Pulau Rote
Rambut
reptil
Rumput
Rumput Belang
Seledri
Sequoia gigantea
Sequoia wellingtonia
Silva
Singkong
Solenodon cubanus
Spermatophyta
Stres
SUUNTO
teknologi
Tips
topikepalacina
Tradescantia zebrina
Umbi
Yogurt
ZEBRINA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini