Selasa, Maret 16, 2010

Hama-hama penting yang menyerang tanaman kehutanan




Yang dimaksud dengan hama adalah semua binatang yang merugikan tanaman, terutama yang berguna dan dibudidayakan manusia; apabila tidak merugikan tanaman yang berguna dan dibudidayakan manusia dengan sendirinya kita tidak menyebutnya sebagai hama.
1.      Hama pada Tanaman Pinus
Hama yang menyerang tanaman pinus yang saat ini sedang banyak terjadi adalah kutu lilin.
Hama Kutu Lilin Pinus
Hama kutu lilin menyerang tanaman Pinus merkusii semua tingkatan umur, mulai umur 1 tahun sampai dengan tegakan akhir daur. Kutu ini mengisap cairan pohon, terutama di pucuk-pucuk ranting tajuk pinus.
Tanda-tanda adanya serangan kutu lilin dapat dilihat berupa adanya bintik-bintik putih atau lapisan putih menempel pada ketiak daun di pucuk-pucuk ranting pinus. Lapisan putih ini merupakan benang-benang lilin yang dikeluarkan kutu, merupakan tempat berlindung kutu. Pucuk yang terserang daunnya menguning, kemudian daun dan pucuk menjadi rontok dan kering.
Untuk serangan pada tegakan (pohon besar), indikasi serangan dapat diamati secara okuler dengan perubahan warna dan kelebatan tajuk pohon. Tajuk pohon yang sehat berwarna hijau dan segar, sedangkan tajuk pohon pinus yang sakit (terserang) berwarna hijau kusam, kekuningan. Tajuk pohon yang terserang juga berubah menjadi tipis akibat daun-daun yang rontok.
Identifikasi Kutu Lilin
Dari identifikasi yang dilakukan oleh pakar (Dr. Gillian W. Watson, ahli insect biosystematist, USA) diketahui bahwa spesies kutu lilin adalah Pineus boerneri. Adapun taksonomi hama kutu lilin (Pine Adelgid) selengkapnya adalah sebagai berikut :
ü      Phylum                   : Arthropoda Latreille, 1829 - arthropods
ü      Klas                        :  Insekta Linnaeus, 1758 - insects
ü      Ordo                       :  Hemiptera
ü      Subordo                  :  Stenorrhyncha
ü      Superfamili             : Aphidoidea
ü      Famili                     :  Adelgidae
ü      Genus                     :  Pineus
ü      Species                   :  boerneri Annand, 1928
ü      Scientific Name      : Pineus boerneri Annand, 1928
Pada umumnya kutu lilin tubuhnya lunak, berukuran kecil (±1 mm), tinggal dan bereproduksi di pangkal pucuk bagian luar dari pohon Pinus.  Kutu ini mengeluarkan lilin putih dari lubang yang terdapat di bagian dorsal.  Kutu betina mempunyai ovipositor, rostrum yang panjang, spirakel pada abdomen dan tidak aktif bergerak (sessile).
Pengendalian Hama Kutu Lilin
Mengingat seriusnya permasalahan hama kutu lilin bagi keberlangsungan pengelolaan hutan pinus, maka diperlukan pengendalian hama secara terpadu,  berkelanjutan dan menyeluruh oleh berbagai pihak terkait.
Upaya yang dapat diterapkan antara lain :
a.     Karantina
b.    Survei dan Monitoring : cara ini penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan (penyebaran dan dampak) serangan hama kutu lilin dari waktu ke waktu secara detail. Dengan demikian maka keputusan langkah pengendalian (kapan dan dimana) dapat diambil secara tepat.
c.     Pengendalian secara kimiawi : keuntungannya merupakan cara cepat untuk melindungi pohon; kerugiannya antara lain dapat mematikan parasit dan predator, di samping dampak polusi lingkungan..
d.   Manipulasi Silvikultur : penggunaan jenis-jenis spesies alternatif, pemilihan
tapak yang tidak cocok bagi hama kutu lilin, penjarangan tegakan yang terserang untuk meningkatkan kesehatan (vigoritas) pohon, penanaman lebih dari satu jenis spesies pada suatu lokasi pertanaman.
e.    Pengendalian secara mekanik : melalui penggunaan perangkap dan penyemprotan air volume tinggi ke cabang-cabang. Cara ini tidak menimbulkan efek negatif pada lingkungan, tapi belum teruji untuk hama kutu lilin, juga perlu banyak tenaga pelaksana.
f.  Observasi resistensi genetik : pada suatu tegakan pinus yang terserang hama kutu lilin. Dari berbagai observasi lapangan diketahui bahwa terdapat peluang adanya pohon resisten (pohon sehat hijau tidak dijumpai adanya serangan kutu lilin, pohon bersih dari kutu lilin) dan juga pohon toleran (kutu lilin menyerang, tapi pohon tetap sehat hijau tidak menunjukkan gejala sakit). Untuk mendapatkan pohon yang benar-benar resisten ataupun toleran, maka observasi kontinyu perlu dilakukan terhadap pohon-pohon kandidat resisten – toleran yang telah dipilih.
g.    Pengendalian secara biologi, dilakukan dengan cara mengintroduksi musuh alami hama kutu lilin.

2.      Hama pada Tanaman Acasia mangium
Pada persemaian Akasia mangium seringkali terjadi serangan hama diantaranya serangga tanaman, belalang dan ulat kantong dan jamur akar yang menyebabkan berbagai kerusakan. Beberapa hama yang teridentifikasi antara lain:
Tabel 3. Jenis hama dan Penyakit  tanaman Akasia mangium
No
Tipe Kerusakan
Penyebab
Keterangan
Nama Ilmiah
Nama Umum
1
2
3
4
5
1
Penggerek akar
Coptotermes curvignathus (Isoptera, Rhinotermitidae)
Rayap
Menyebabkan kematian tingkat saplings
2
Pemakan daun
Pteroma plangiophelps
(Lepdoptera, Psychidae)
Ulat kantong
Menyerang pada saplings muda


Valanga nigricormis
(Orthoptera, Acrididae)
Belalang

3
Pencucuk pengisap
Helopeltis theivora
Serangga nyamuk
Menyerang pada saplings muda
4
Penggerek ranting
Xylosabdrus sp dan Xyleborus fomicatus
Penggerek ranting
Menyerang cabang muda
5
Penggerek batang
Xytocera festiva
Penggerek batang












Di antara hama di atas Helopeltis theivora merupakan jenis hama yang paling potensial menyebabkan kerusakan. Hal ini terjadi karena hama menghisap cairan tanaman yang masih berumur muda, sehingga akan mengakibatkan tanaman kekeringan lalu mati.

3.      Hama Tanaman Sonokeling
Serangan hama pada tanaman sonokeling hanya menyebabkan kerusakan kecil pada pohon . Serangan hama umumnya menyerang akar yang disebabkan oleh Macrotermes gilvus dan Odontotermes grandiceps.

4.      Hama Tanaman Mindi
Mindi atau sering disebut dengan nama gringging (Melia azedarach L) merupakan tumbuhan berhabitus pohon termasuk dalam kelompok Meliaceae.  Pohon besar dapat mencapai tinggi 45 m, diameter mencapai 60 -120 cm. Berdasarkan pengamatan di lapangan tinggi bebas cabang 8-20 m bahkan dapat mencapai 25 m. Tajuk menyerupai payung, dengan percabangan melebar, kadang menggugurkan daun.
Hama yang menyerang tanaman mindi adalah hampir sama dengan jenis-jenis HPT yang menyerang tanaman mahoni. Pohon mindi mudah diserang penggerek pucuk Hypsipyla robusta dan batangnya diserang kumbang ambrosia Xyleborus ferrugineus yang dapat menyebabkan kualitas kayu menurun.
Pengendalian hama penggerek pucuk dapat dilakukan dengan tindakan silvikultur antara lain menggunakan bibit yang tahan hama dan penyakit, menanam pohon dengan lahan yang sesuai dan dilakukan penyiangan, pemupukan, pemangkasan cabang dan penjarangan untuk mengurangi serangan hama. Dapat pula dengan melakukan penanaman campuran dan memotong pucuk yang terserang. Cara lain dengan menyuntikkan insektisida setelah batangnya ditakik.
5.      Hama Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi)
Sedikit sekali di Indonesia dijumpai hama pada tanaman kayu putih. Berikut dijelaskan beberapa jenis yang teridentifikasi pada hutan tanaman kayu putih di pulau Jawa.
a.         Hama Rayap
Hama rayap sering menjadi permasalahan utama penyebab kematian tanaman kayu putih di lapangan. Rayap menyerang tanaman umur 0 – 5 tahun, dengan resiko terparah pada tanaman kayu putih umur 0 – 1 tahun.  Serangan hama rayap terjadi pada kondisi hujan belum/tidak teratur (awal penghujan maupun akhir penghujan).
Rayap memakan akar atau kulit (jaringan floem) di leher akar dan pangkal batang. Bila akar tanaman muda diserang maka distribusi nutrisi dari tanah terputus sehingga tanaman layu dan mati. Bila kerusakan terjadi pada leher akar/pangkal batang menyebabkan akar tidak mendapat suplai makanan sehingga secara perlahan tanaman menjadi layu dan mati karena akar kehilangan energi untuk menyerap nutrisi dari tanah. Serangan pada bagian akar lebih beresiko dibandingkan serangan pada bagian leher akar.
Pencegahan dan Pengendalian :
·         Pemanfaatan abu sisa serasah daun kayu putih atau sisa panen tumpangsari. Abu ditaburkan di pangkal batang pada saat tanaman rawan serangan rayap, dan atau ditabur di pangkal batang saat penanaman. Abu kayu dilaporkan dapat mencegah rayap mendekati tanaman.
·         Monitoring rutin terutama pada musim-musim dimana rawan serangan rayap. Dengan monitoring rutin dapat diketahui secara dini gejala serangan, sehingga dapat segera diambil tindakan guna pengendaliannya, mengurangi resiko kerusakan lebih besar.
·         Jika tanaman muda telah terserang (pangkal batang/leher akar sudah terkelupas), maka untuk mengurangi resiko kerusakan lebih parah (kematian), maka pangkal batang yang rusak perlu ditimbun tanah. Hal ini berguna untuk merangsang pembentukan kalus sehingga dapat tumbuh kulit baru ataupun tumbuh akar baru sehingga tanaman dapat tumbuh lagi.
·         Mengurangi kerusakan mekanis, terutama pada lahan tumpangsari. Rusak/terputusnya akar akibat pengolahan tanah dapat meningkatkan stress (menurunkan vigoritas) tanaman sehingga tanaman mudah terserang hama penyakit. Untuk itu jalur tanaman pokok harus dibebaskan dari tanaman tumpangsari.
·         Bibit yang ditanam di lapangan harus bibit siap tanam (ukuran tinggi minimal 40 cm, dalam kondisi sehat/vigor) sehingga lebih tahan terhadap stress lingkungan di lapangan. Bibit yang sehat cenderung kurang disukai oleh hama (rayap).
·         Mencegah penumpukan sisa panen tumpangsari di jalur tanaman pokok ataupun tetap menumpuk di dalam petak tanaman, karena sisa panen yang menumpuk tersebut akan mengundang rayap. Serasah/sisa panen tumpangsari tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber penyedia abu, yang dapat digunakan untuk mencegah serangan rayap pada tanaman-tanaman muda.
·         Menghilangkan sarang-sarang rayap.
·         Pemilihan lokasi rendah resiko

b.         Hama Pengisap Pucuk dan Ulat Penggerek Pucuk Kayu Putih   (Penyebab Pucuk Daun Kayu Putih Kering – Keriting)
Ada dua kelompok hama, yaitu kelompok hama pencucuk pengisap, dan kelompok hama penggerek pucuk/daun. Kedua hama ini menyebabkan pucuk-pucuk tanaman kayu putih menjadi kering dan daun keriting. Hal ini mengakibatkan  produksi panen daun kayu putih menjadi berkurang.
Hama pengisap (ordo Homoptera-Hemiptera) yang mengisap pucuk-pucuk ranting, memiliki ciri-ciri sebagai berikut : warna coklat tua, ukuran panjang ± 1,5 mm, tipe mulut pencucuk pengisap, memiliki sungut/antena panjang, memiliki struktur mirip kornikel panjang di bagian posterior dorsal abdomen, jumlah kaki 3 pasang, tubuh keras. Hama ini menyebabkan pucuk tunas muda layu dan kering.
Di samping kutu coklat di atas, untuk kelompok hama pencucuk pengisap juga dapat dijumpai jenis kutu putih/kutu sisik (pseudococcidae = mealybug), yang sering bersimbiosis dengan semut hitam. Bilamana populasi tinggi keberadaan hama ini juga merugikan.
Adapun ulat penggerek pucuk menyebabkan daun berlubang-lubang, keriting, pucuk kering. Aktivitas ulat penggerek dengan kutu pengisap pucuk menyebabkan turunnya produksi biomassa kayu putih.

Pengendalian hama pucuk kayu putih
Kegiatan pengendalian dilakukan dengan penyemprotan insektisida, dilakukan bilamana kerusakan sudah mencapai ambang ekonomis. Insektisida yang digunakan adalah insektisida jenis kontak.

6.      Hama pada Tanaman Jati
Tabel 1. Jenis hama pada tanaman Jati
No
Jenis Hama
Nama Umum Hama
Bagian Tanaman Yang diserang
1
Duomitus ceramicus
Oleng-oleng
Batang
2
Neotermes tectonae
Inger-inger
Batang
3
Hyblaea puera
Ulat jati
Daun
4
Pyrausta machaeralis
Ulat jati
Daun
5
Phyllophaga sp
Uret
Akar
6
Acarina sp.
Tungau merah
Daun
7
Kutu putih/lilin

Daun/pucuk
8
Lalat Putih

Batang
10
Rayap

Akar
11
Penggerek pucuk jati

Pucuk
12
 Pseudococcus
Kutu putih/sisik
Daun dan batang
13
 Peloncat Flatid Putih
Kupu putih
Daun dan batang
14
Xyleborus destruens
Kumbang bubuk basah
Batang





a.      Hama Uret (Phyllophaga sp)
Hama ini biasanya menyerang pada bulan Pebruari – April. Uret merupakan larva dari kumbang. Larva ini aktif memakan akar tanaman baik tanaman kehutanan (tanaman pokok dan sela) maupun tanaman tumpangsari (padi, palawija, dll) terutama yang masih muda, sehingga tanaman yang terserang tiba-tiba layu, berhenti tumbuh kemudian mati. Jika media dibongkar akar tanaman terputus/rusak dan dapat dijumpai hama uret.
Kerusakan dan kerugian paling besar akibat serangan hama uret terutama terjadi pada tanaman umur 1-2 bulan di lapangan, tanaman menjadi mati. Serangan hama uret di lapangan berfluktuasi dari tahun ke tahun, umumnya bilamana kasus-kasus serangan hama uret  tinggi pada suatu tahun, maka pada tahun berikutnya kasus-kasus kerusakan/serangan menurun.
Pengendalian
a. Kasus-kasus serangan hama uret umumnya menonjol pada lokasi-lokasi dengan jenis tanah berpasir (regosol).
b.    Pencegahan dan pengendalian hama uret dilakukan dengan penambahan insektisida-nematisida granuler (G) di lubang tanam pada saat penanaman tanaman atau pada waktu pencampuran media di persemaian, khususnya pada lokasi-lokasi endemik/rawan hama uret. 
c.   Untuk efektivitas dan efisiensi langkah pengendalian, informasi tentang fluktuasi serangan hama uret dari tahun ke tahun perlu dimiliki pengelola lapangan. Ini penting untuk menentukan perlu tidaknya memberikan tindakan pencegahan/ pengendalian pada suatu penanaman pada suatu waktu.

b.      Hama kutu putih/kutu lilin
Hama ini biasa menyerang setiap saat. Bagian tanaman yang diserang adalah pucuk (jaringan meristematis). Pucuk daun yang terserang menjadi keriting sehingga tumbuh abnormal dan terdapat kutu berwarna putih berukuran kecil. Langkah awal pengendalian berupa pemisahan bibit yang sakit dengan yang sehat karena bisa menular. Bila batang sudah mengkayu, batang dapat dipotong 0,5 – 1 cm di atas permukaan media; pucuk yang sakit dibuang/dimusnahkan. Jika serangan sudah parah dan dalam skala yang luas maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan akarisida.
c.       Hama rayap
Serangan dapat terjadi pada tanaman jati muda pada musim hujan yang tidak teratur dan puncak kemarau panjang. Pada kasus serangan di puncak kemarau disebabkan rendahnya kelembaban di dalam koloni rayap sehingga rayap menyerang tanaman jati muda. Prinsip pengendaliannya dengan mencegah kontak rayap dengan batang/perakaran tanaman
Cara-cara pengendalian rayap yang dapat dilakukan :
1)      Preventif
·         secara tradisional dilakukan dengan menaburkan abu kayu di pangkal batang pada waktu penanaman
·         pemberian insektisida granuler (G), pada lubang tanam ketika penanaman, khususnya pada lokasi yang diketahui endemik/rawan rayap
·         mengurangi kerusakan mekanis pada perakaran dalam sistem tumpang sari
·          menghilangkan sarang-sarang pada lokasi
2)     Pengendalian :
·         mengoleskan kapur serangga di pangkal batang
·         pemberian insektisida granuler di pangkal batang
·         penaburan abu kayu di sekeliling pangkal batang
·         menghilangkan sarang-sarang pada lokasi

d.      Hama penggerek batang/oleng-oleng (Duomitus ceramicus)
Siklus Hidup
Duomitus ceramicus merupakan sejenis ngengat, telurnya menetas antara bulan Maret – April, aktif pada malam hari. Setelah kawin ngengat betina bertelur pada malam hari dan diletakkan pada celah kulit batang. Telur berwarna putih kekuningan atau kuning gelap, bentuk silinder, panjang 0,75 cm. Telur diletakkan berkelompok pada bekas patahan cabang atau luka-luka di kulit batang. Stadia telur ± 3 minggu.

Pengendalian
·      Oleng-oleng termasuk serangga hama low density insect pest (serangga hama yang kepadatannya rendah).  Dalam 1 batang tanaman jati umumnya terdapat 1 ekor serangga larva, jarang 2 atau lebih. Meskipun hanya 1 ekor sudah dapat  merusak  satu batang jati. 
·      Kerusakan parah terutama pada serangan tanaman jati muda, umur 1 – 3 tahun. Tanaman jati muda mudah patah akibat lubang serangan pada batang jati muda.
·      Berkembangnya hama oleng-oleng difasilitasi oleh tingginya kelembaban dan suhu lingkungan di lantai dasar hutan.
·      Umumnya serangan oleng-oleng pada batang jati pada ketinggian 1 – 2 m dari tanah, dengan jumlah titik serangan 1 - 2. Namun demikian pada lokasi serangan endemik yang parah, titik serangan dapat mencapai 5 titik dengan ketinggian titik serangan mencapai 4 meter.
·      Teknik pengendalian hama dengan sifat seperti oleng-oleng diusahakan supaya insektisida yang dipakai harus dapat mengenai sasarannya. Oleh karena itu teknik pemakaian insektisida fumigan dapat dipakai karena dengan cepat mengenai sasarannya.
·          Insektisida fumigan, dosis : 1/8 butir dimasukkan ke dalam liang gerek serangga hama, kemudian lubang ditutup dengan lilin malam. Aplikasi insektisida ini praktis, bilamana titik serangan berada di bawah ketinggian 2 meter.
·         Untuk meminimalkan tingkat serangan, terutama di daerah endemik oleng-oleng, pengendalian perlu terintegrasi dengan praktek silvikultur dan pengendalian mekanis.
·         Aplikasi praktek silvikultur pada daerah endemik dilakukan dengan mengatur jenis-jenis tanaman tumpang sari. Jenis yang dipilih sebaiknya adalah jenis tanaman tumpang sari yang cukup pendek sehingga ruang tumbuh di bawah tajuk jati tidak terlalu lembab. Kondisi di bawah tajuk jati muda yang lembab dan rapat menyediakan habitat yang cocok bagi hama hutan.  Dari berbagai pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa jumlah serangan hama oleng-oleng pada tumpang sari jagung lebih tinggi dibandingkan palawija yang lain.
·         Pengendalian mekanis dilakukan guna menurunkan populasi serangga dewasa (ngengat). Pelaksanaannya dengan penggunaan perangkap lampu (light trap) di malam hari. Untuk penggunaan light trap, peralatan yang diperlukan berupa : kain putih 2 x 1,5 m, lampu bohlam/neon, dan nampan penampung air. Ngengat yang diperoleh kemudian dimusnahkan.

7.        Hama Kupu Putih (Peloncat Flatid Putih)
Kasus serangan hama kupu putih dalam skala luas pernah terjadi pada tanaman jati muda di KPH Banyuwangi Selatan pada musim kemarau tahun 2006. Serangga ini hinggap menempel di batang muda dan permukaan daun bagian bawah. Jumlah individu serangga tiap pohon dapat mencapai puluhan sampai ratusan individu.
Hasil identifikasi serangga, diketahui bahwa serangga yang menyerang tanaman jati muda ini adalah dari kelompok peloncat tumbuhan (planthopper) flatid warna putih (famili Flatidae, ordo Homoptera/Hemiptera). Dari kenampakan serangga maka kupu putih yang menyerang jati ini sangat mirip dengan spesies flatid putih Anormenis chloris. Jenis-jenis serangga flatid jarang dilaporkan menyebabkan kerusakan ekonomis pada tanaman budidaya.
Nilai kehadiran serangga kupu putih (flatid putih) ini menjadi penting karena waktu serangan terjadi pada musim kemarau yang panjang. Tanaman jati yang telah  mengurangi tekanan lingkungan dengan menggugurkan daun semakin meningkat tekanannya akibat cairan tubuhnya dihisap oleh serangga flatid putih. Dengan demikian serangan serangga flatid putih ini dapat meningkatkan resiko mati pucuk jati muda selama musim kemarau.
Pengendalian :
Serangga jenis-jenis peloncat flatid jarang dilaporkan menyebabkan kerugian ekonomis pada tanaman budidaya. Namun demikian bilamana populasi serangga tiap individu pohon sudah tinggi dan dalam skala luas serta dalam musim kemarau yang panjang maka kehadiran serangga flatid putih ini dapat memperbesar tekanan terhadap tanaman jati muda berupa peningkatan resiko mati pucuk di lapangan.
Pengendalian hama seperti peloncat flatid putih di atas dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik melalui batang (bor atau bacok oles), dan penyemprotan bagian bawah daun, ranting-ranting, dan batang muda jati dengan insektisida racun lambung. Pemilihan jenis pestisida mengacu pada Lampiran 2.

8.      Hama Tanaman Sengon
Hama yang menyerang tanaman mahoni yang teridentifikasi seperti pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Jenis Hama dan Penyakit Tanaman Sengon
No
Bagian Tanaman yang diserang
Jenis hama dan penyakit
Keterangan
1.
Menggerek Batang
Xystrocera festiva (Coleoptera, Ceramycidae)
X. globosa

2.
Pemakan daun
Pteroma plagiophleps (Lepidoptera,Psychidae)
Eurema blanda (Lepidoptera, Pieridae)
Serangan spradis
3.
Pemakan akar
Beberapa spesies (Coleoptera, Scarabaeidae)
Menyerang sapling
4.
Pemakan kulit batang
Indarbela quadrinotata (Lepidoptera, Indarbelidae)

5.
Penggerek batang
Xylosandrus morigerus (Coleoptera, Scolytidae)


a.      Hama Boktor (Xystrocera festiva, ordo Coleoptera)
Titik awal serangan hama boktor adalah  adanya luka pada batang. Umumnya telur diletakkan pada celah luka di batang. Telur baru ditandai utuh, belum berlubang-lubang; bila telur sudah berlubang-lubang dimungkinkan bahwa telur sudah menetas.
Sejak larva keluar dari telur yang baru beberapa saat menetas, larva sudah merasa lapar dan segera melakukan aktivitas penggerekan ke dalam jaringan kulit batang di sekitar lokasi dimana larva berada. Bahan makanan yang disukai larva boktor adalah bagian permukaan kayu gubal (xylem) dan bagian permukaan kulit bagian dalam (floem). Adanya serbuk gerek halus yang menempel pada permukaan kulit batang merupakan petunjuk terjadinya gejala serangan awal.

Pengendalian Hama Boktor
Ada 6 prinsip pengendalian hama boktor pada tegakan sengon, yaitu cara silvikultur, manual, fisik/mekanik, biologis, kimiawi dan terpadu.
Pengendalian secara silvikultur dilakukan dengan :
ü      Upaya pemuliaan, melalui pemilihan benih/bibit yang berasal dari sengon yang memiliki ketahanan terhadap hama boktor.
ü      Penebangan pohon terserang dalam kegiatan penjarangan
Pengendalian secara manual, antara lain dilakukan dengan :
ü      Mencongkel kelompok telur boktor pada permukaan kulit batang sengon,
ü      menyeset kulit batang tepat pada titik serangan larva boktor sehingga larva boktor terlepas dari batang dan jatuh ke lantai hutan
ü      diperlukan ketrampilan petugas dalam mengenali tanda-tanda serta gejala awal serangan hama boktor.
Pengendalian secara fisik/mekanik, antara lain dilakukan dengan :
ü      kegiatan pembelahan batang sengon yang terserang boktor,
ü      pembakaran batang terserang boktor sehingga boktor berjatuhan ke tanah,
ü      dengan cara pembenaman batang terserang ke dalam tanah.
Pengendalian secara biologis, dilakukan dengan :
ü      menggunakan peranan musuh alami berupa parasitoid, predator atau patogen yang menyerang hama boktor,
ü      caranya dengan membiakkan musuh alami kemudian melepaskannya ke lapangan agar mencari hama boktor untuk diserang, musuh alami ini diharapkan akan mampu berkembang biak sendiri di lapangan.
ü      Teknik pengendalian secara biologis yang pernah dicoba antara lain : parasitoid telur boktor (kumbang pengebor kayu Macrocentrus ancylivorus), jamur parasit (Beauveria bassiana),  dan penggunaan predator boktor (kumbang kulit kayu Clinidium sculptilis).
Pengendalian secara kimiawi, dilakukan dengan :
ü      aplikasi insektisida melalui cara bacok tuang, takik oles, bor suntik maupun semprot;
ü      cara kimiawi tersebut ternyata tidak efektif untuk mengendalikan hama boktor.
Pengendalian secara terpadu, dilakukan dengan :
ü      penggabungan dua atau lebih cara pengendalian guna memperoleh hasil pengendalian yang lebih baik;
ü      contohnya pengendalian dengan cara menebang pohon yang terserang, kemudian batang yang terserang tersebut segera dibakar atau dibelah agar tidak menjadi sumber infeksi bagi pohon yang belum terserang.

b.          Hama Ulat Kantong
Hama ulat kantong (Pteroma plagiophleps : Lepidoptera, Psychidae) menyerang daun-daun tanaman sengon. Hama ini tidak memakan seluruh bagian daun, hanya parenkim daun yang lunak; menyisakan bagian daun yang berlilin. Daun-daun tajuk yang terserang terdapat bercak-bercak coklat bekas aktivitas ulat. Bilamana populasi ulat tinggi dapat menyebabkan kerugian yang serius.




1 komentar:

Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini