Banyak infeksi, bahkan yang disebabkan oleh bakteri sensitif antibiotik,
menghambat penyembuhan. Paradoks ini telah memusingkan dokter selama
berdekade, dan membuat sebagian infeksi mustahil untuk disembuhkan.
Kunci penyebab resistensi ini adalah
bakteri menjadi kelaparan nutrisi saat infeksi. Bakteri ynag kelaparan
menahan pembunuhan hampir dari semua tipe antibiotika, bahkan yang tidak
pernah memaparnya sebelumnya.
Apa
yang menghasilkan ketahanan antibiotic yang dihasilkan kelaparan dan
bagaimana mengatasinya? Dalam sebuah makalah yang muncul di jurnal
Science, para peneliti melaporkan sejumlah jawaban mengejutkan.
“Bakteri
menjadi kelaparan ketika mereka kehabisan pasokan nutrisi di tubuh,
atau jika mereka hidup bergerombol dalam kelompok yang disebut biofilm,”
kata penulis utama makalah, Dr. Dao Nguyen, asisten professor
kedokteran di McGill University.
Biofilm
adalah kumpulan bakteri yang diselubungi lendir dan dapat ditemukan di
lingkungan alami maupun jaringan manusia dimana mereka menyebabkan
penyakit. Sebagai contoh, bakteri biofilm tumbuh dalam nanah di luka
kronis, dan paru-paru pasien penderita sistik fibrosis. Bakteri di
biofilm toleran dengan level tinggi antibiotika tanpa terbunuh.
“Penyebab
utama resistensi biofilm adalah bakteri di luar kumpulan memiliki
serangan pertama nutrisi yang berdifusi masuk,” kata Dr. Pradeep Singh,
asisten professor kedokteran dan mikrobiologi Universitas Washington,
pengarang senior studi ini. “Hal ini menghasilkan kelaparan pada bakteri
di dalam kluster, dan resistensi besar pada kematian.”
Kelaparan
sebelumnya diduga menghasilkan resistensi karena sebagian besar
antibiotika menyerang fungsi seluler yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Ketika sel yang kelaparan berhenti tumbuh, target ini tidak lagi aktif.
Efek ini mengurangi efektivitas banyak obat-obatan.
“Walaupun
ide ini menggugah, ia memiliki dilemma besar,” catat Nguyen. “Membuat
bakteri kelaparan sensitif pada antibiotik dapat membutuhkan
perangsangan pertumbuhan mereka, dan ini bisa berbahaya saat infeksi
manusia terjadi.”
Nguyen dan Singh
mempelajari mekanisme alternatif. Ahli mikrobiologi telah lama
mengetahui kalau ketika bakteri merasakan kalau pasokan nutrisi mereka
mulai menipis, mereka mengeluarkan sinyal alarm kimia.
Alarm tersebut memberi tahu bakteri untuk menyetel metabolisme mereka
untuk mempersiapkan diri kelaparan. Dapatkah alarm ini juga menyalakan
fungsi yang menghasilkan resistensi antibiotik?
Untuk
menguji hipotesiss ini, tim peneliti merekayasa bakteri yang alarm
kelaparannya tidak aktif, dan mengukur resistensi antibiotik dalam
kondisi eksperimental dimana bakteri kelaparan. Mengesankan, bakteri
yang tidak mampu merasa kelaparan seribu kali lebih mudah dibunuh
daripada yang dapat merasa kelaparan, walaupun kelaparan mencegah
pertumbuhan dan aktivitas target antibiotik.
“Eksperimen
ini menjadi titik balik,” kata Singh. “Ia memberi tahu kita kalau
resistensi bakteri kelaparan adalah respon aktif yang dapat diblok. Ia
juga mengindikasikan kalau perlindungan yang dimunculkan kelaparan hanya
terjadi bila bakteri sadar kalau nutrisi mereka menipis.”
Dengan
hasil menggembirakan ini, para peneliti beralih pada dua pertanyaan
kunci. Pertama apakah alarm kelaparan menghasilkan resistensi saat
infeksi aktual? Untuk menguji ini tim peneliti memeriksa bakteri
kelaparan alami, biofilm, isolat yang diambil dari pasien, dan infeksi
bakteri pada tikus. Cukup meyakinkan, dalam semua kasus bakteri yang
tidak mampu merasakan kelaparan jauh lebih mudah dibasmi.
Pertanyaan
kedua adalah mengenai mekanisme efek. Bagaimana penginderaan kelaparan
menghasilkan resistensi antibiotik demikian hebat? Kembali, hasilnya
mengejutkan.
Bukannya mekanisme
resistensi yang telah diterima luas, yaitu seperti pompa yang menolak
antibiotik dari sel bakteri, para peneliti menemukan kalau mekanisme
protektif bakteri menahan mereka terhadap bentuk oksigen beracun yang
disebut radikal. Mekanisme ini sejalan dengan penelitian terbaru kalau
antibiotik membunuh dengan cara menghasilkan radikal-radikal beracun.
Penemuan-penemuan ini menawarkan pendekatan baru untuk meningkatkan pengobatan sejumlah besar infeksi.
“Penemuan
antibiotika baru merupakan tantangan,” kata Nguyen. “Salah satu cara
meningkatkan efektivitas penyembuhan infeksi adalah membuat obat yang
telah kita punya bekerja lebih baik. Eksperimen kami menemukan kalau
efisiensi antibiotik dapat ditingkatkan dengan mengganggu fungsi kunci
bakteri yang tidak berhubungan jelas dengan aktivitas antibiotik.”
Penelitian
ini juga menyorot manfaat kritis untuk mampu mengindera kondisi
lingkungan, bahkan bagi organisme bersel-satu seperti bakteri. Sel yang
tidak sadar akan kelaparannya menjadi tidak terlindungi, walaupun mereka
kehabisan nutrisi dan berhenti tumbuh. Hal ini membuktikan kembali,
bahkan untuk bakteri, “apa yang anda tidak tahu dapat menyakiti anda.”
Burroughs
Welcome Fund, Cystic Fibrosis Foundation, National Institutes of
Health, dan Canadian Institutes for Health Research mendukung penelitian
ini.
Hasilnya dipublikasikan dalam artikel Science berjudul “Active starvation responses mediate antibiotic tolerance in biofilms and nutrient-limited bacteria.”
Selain
Nguyen dan Singh, para peneliti studi ini antara lain Amruta
Joshi-Datar, Elizabeth Bauerle, Karlyn Beer, dan Richard Siehnel dari
Jurusan Obat dan Mikrobiologi di UW, James Schafhauser dari McGill
University, Francois Lepine dari INRS Armand Frappier di Kanada, Oyebode
Olakanmi dan Bradley E. Britigan dari University of Cincinnati, dan Yun
Wang dari Northwestern University.
Sumber berita:
Referensi Jurnal:
D.
Nguyen, A. Joshi-Datar, F. Lepine, E. Bauerle, O. Olakanmi, K. Beer, G.
McKay, R. Siehnel, J. Schafhauser, Y. Wang, B. E. Britigan, P. K.
Singh. Active Starvation Responses Mediate Antibiotic Tolerance in Biofilms and Nutrient-Limited Bacteria. Science, 2011; 334 (6058): 982 DOI: 10.1126/science.1211037
faktailmiah.com
kok judulnya aneh ya bingung bacannya
BalasHapusmampir jg di Edy Sant
great blog and nice share information about bacteria :) thanks
BalasHapusBlogS of Hariyanto
semoga dihari esok bakteri semuanya baik seperti Bakteri Laktobasilus. dan jangan sampai bakteri phatogen berkembang biak sangat banyak
BalasHapusinfo yg berguna nih:)
BalasHapusmenyimak dan lam kenal juga support back sukses :D
BalasHapusVisiting you here. Keep in touch!
BalasHapusShow Me Your Look Today
came here today!
BalasHapusa visit from Earth!