Selasa, Oktober 04, 2011

Dosis Tinggi Halusinogen ‘Jamur Ajaib’ Bisa Mengubah Kepribadian

Perubahan sifat-sifat ini jauh lebih besar daripada perubahan biasa yang diamati pada orang dewasa sehat selama puluhan tahun pengalaman hidup, kata para ilmuwan.
Sedosis tinggi hallucinogen psilocybin, bahan aktif dalam jamur yang disebut “jamur ajaib”, sudah cukup untuk membawa perubahan kepribadian terukur yang berlangsung setidaknya selama satu tahun pada hampir 60 persen dari 51 peserta dalam sebuah studi baru oleh para peneliti Johns Hopkins.
Perubahan selamanya ditemukan pada bagian kepribadian yang dikenal sebagai keterbukaan, yang mencakup sifat-sifat yang berhubungan dengan imajinasi, estetika, perasaan, ide-ide abstrak dan pemikiran umum yang luas. Perubahan sifat-sifat ini jauh lebih besar daripada perubahan biasa yang diamati pada orang dewasa sehat selama puluhan tahun pengalaman hidup, kata para ilmuwan. Para peneliti di lapangan mengatakan bahwa setelah usia 30, kepribadian biasanya tidak berubah secara signifikan.
“Biasanya, jika ada, keterbukaan cenderung menurun seiring penuaan,” kata pemimpin studi Roland R. Griffiths, seorang profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Universitas Johns Hopkins School of Medicine.
Penelitian yang, disetujui oleh Institutional Review Board Johns Hopkins, didanai sebagian oleh National Institute on Drug Abuse dan dipublikasikan dalam Journal of Psychopharmacology.
Para peserta penelitian mengisi 2-5 sesi konsumsi obat, dengan sesi berturut-turut dipisahkan selama setidaknya tiga minggu. Para peserta diberitahu akan menerima psilocybin dalam “dosis sedang atau tinggi” pada salah satu sesi konsumsi obat mereka, namun baik mereka maupun pengawas sesi yang tahu kapan.
Selama tiap-tiap sesi, para peserta diminta berbaring di sofa, mengenakan masker mata untuk memblokir gangguan visual eksternal, memakai headphone di mana musik dimainkan dan memfokuskan perhatian mereka pada pengalaman batin.
Kepribadian dinilai pada pemeriksaan, 1-2 bulan setelah setiap sesi konsumsi obat dan sekitar 14 bulan setelah sesi konsumsi obat terakhir. Griffiths mengatakan ia yakin bahwa perubahan kepribadian yang ditemukan dalam penelitian ini cenderung permanen karena mereka bertahan selama lebih dari setahun pada banyak orang.
Hampir semua peserta dalam studi ini menganggap diri mereka aktif secara spiritual (berpartisipasi secara teratur dalam pelayanan keagamaan, doa atau meditasi). Lebih dari setengahnya memiliki gelar pascasarjana. Sesi dengan halusinogen yang dinyatakan ilegal diawasi secara ketat dan relawan dianggap sehat secara psikologis
“Kami tidak tahu apakah temuan ini bisa digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar,” kata Griffiths.
Dengan kata yang hati-hati, Griffiths juga mencatat bahwa beberapa peserta penelitian melaporkan ketakutan atau kecemasan yang kuat di sebagian dari sepanjang sesi konsumsi psilocybin, meskipun tidak dilaporkan adanya efek yang berbahaya. Namun, dia mengingatkan bahwa jika halusinogen digunakan dalam pengaturan yang kurang diawasi, tanggapan rasa takut atau kecemasan bisa menyebabkan perilaku yang berbahaya.
Griffiths mengatakan perubahan kepribadian permanen jarang dipandang sebagai fungsi dari pengalaman tersendiri dalam laboratorium. Dalam studi, perubahan itu terjadi khususnya pada relawan yang telah mengalami “pengalaman mistik”, sesuai validasi pada kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti halusinogen awal dan disempurnakan oleh Griffiths untuk digunakan di Hopkins. Ia mendefinisikan “pengalaman mistik” sebagai di antara hal-hal yang lain, “rasa keterkaitan dengan semua orang dan hal-hal yang disertai dengan rasa kesucian dan kehormatan.”
Kepribadian diukur pada iventori kepribadian yang digunakan secara luas dan divalidasi secara ilmiah, yang meliputi keterbukaan serta empat domain luas lainnya dalam susunan kepribadian: neurotisisme, ekstroversi, keramahan dan ketelitian. Hanya keterbukaan yang berubah selama penelitian ini.
Griffiths mengatakan ia yakin psilocybin memiliki kegunaan terapeutik. Dia kini tengah mempelajari apakah halusinogen berguna untuk membantu pasien kanker dalam menangani depresi dan kecemasan yang muncul bersama dengan diagnosis, dan apakah ini bisa membantu perokok dalam mengatasi kecanduan mereka.
“Mungkin aplikasi untuk hal ini tidak bisa kita dibayangkan pada saat ini,” katanya. “Ini tentu layak untuk dipelajari secara sistematis.”
Bersama dengan National Institute on Drug Abuse, penelitian ini didanai oleh Dewan Praktek Spiritual, Heffter Research Institute dan Yayasan Gordon Betsy.

Kredit: Johns Hopkins Medical Institutions
Jurnal: K. A. MacLean, M. W. Johnson, R. R. Griffiths. Mystical Experiences Occasioned by the Hallucinogen Psilocybin Lead to Increases in the Personality Domain of Openness. Journal of Psychopharmacology, 2011; DOI: 10.1177/0269881111420188

faktailmiah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini