Aliran air dari mata air atau danau yang
berasosiasi dengan gunung berapi aktif membentuk kali dan sungai asam
dalam beberapa kasus, seperti sungai Whangaehu dari danau Gunung
Ruapehu, Selandia Baru, sungai Ciwidey dari danau kawah Patuha di Jawa
Barat, sejumlah mata air asam di gunung berapi Poas, di Costa Rica, yang
mengalir menjadi sungai Rio Agrio dan sungai Banyu Pahit (“Sungai
Asam”) yang berasal dari gunung berapi Ijen di Jawa Timur. Kontaminasi
air bawah tanah dan juga air permukaan berpotensi mengirimkan air gunung
berapi yang sangat asam dan beracun ke lansekap. Pengaruhnya pada
ekosistem dan populasi manusia setempat yang mengalami kontak dengan air
demikian telah ditemukan, seperti fluorosis dan pencemaran tanaman
pangan dan tanah oleh logam berat, khususnya Al. Kondisi dan proses yang
sama berasosiasi dengan fluida dari tambang asam di dalam air gunung
berapi seperti di atas juga telah ditemukan.
Kawah
Ijen berada di sisi barat laut gunung Merapi, tepat di dalam pinggir
timur gunung berapi Ijen di Jawa Timur, Indonesia. Kawah ini terbentuk
lebih dari 50 ribu tahun lalu setelah keruntuhan stratovolkano dengan
nama yang sama, dan bagian dari Busur Sunda, yang dihasilkan dari
subduksi lempeng samudera Hindia di bawah paparan Sunda. Ke utara,
sebuah dinding kawah semi melingkar membatasi kawah ini. Ke selatan, ada
tiga gunung berapi pinggir yang terbentuk pasca pembentukan kawah ini :
Merapi, Ranteh, dan Jampit. Trend ke arah barat-timur gunung berapi
lain yang lebih kecil memotong kawah, dan kawah ijen berada di
perpotongan trend gunung berapi dalam kawah dan trend gunung berapi
pinggir. Sebuah danau besar terlihat mendiami hampir seluruh paruh utara
kawah beradasarkan endapan sedimen lakustrin di daerah ini, dan sebuah
potongan di dinding kawah utara dekat kota Blawan bertindak sebagai
pembuangan bagi kawah ini.
Gunung
Ijen sendiri adalah stratovolkano yang aktif mengalami degassing (?
2,346 m.a.s.l.). Lokasi astronomisnya 08°03’LS,114°14’BT. Fumarol
membentuk sebuah gundukan dengan tinggi sekitar 20 meter di barat
didalam bibir kawah. Aktivitas vulkanis saat ini freatik, dan erupsi
magma terakhir terjadi tahun 1817, dan menyebabkan kerusakan besar
hingga 25 km dari gunung berapi lewat aliran lumpur. Kerucut gunung Ijen
terdiri dari satuan aliran lava bolak-balik basaltik dan andesitik,
lahar dan aliran piroklastik, dan endapan skoria dari berbagai fase
eruptif gunung ini. Kontak antar lapisan, dan satuan-satuan yang relatif
permeabel, bertindak sebagai lahan aliran cairan bawah tanah.
Mineralogi dan geokimia berbagai batuan dan fluida kawah ijen, juga
setting geologi dan tektonik gunung berapi ini telah dipelajari sejak
tahun 1920.
Fluida hidrotermal yang
muncul dari beberapa mata air di sisi barat Kawah Ijen (1995 m di atas
permukaan laut) berasal dari hulu sungai Banyu Pahit. Sebelumnya
diasumsikan kalau hulu Banyu Pahit adalah penyerap dari danau kawah
hiper-asam, yang muncul dari seperangkat mata air lainnya (2090 m dapl).
Baik penyerapan danau kawah dan fluida hidrotermal ternyata juga
berasal dari seperangkat mata air lain (2075 m dapl). Rasio anion SO4/Cl
dan SO4/F digunakan dalam model campuran untuk menentukan perbandingan
fluida magma dari tiap perangkat mata air. Model pencampuran menggunakan
anion, Cl, SO4, dan F, digunakan untuk menentukan proporsi air tanah
meteorik dan fluida magma di tiap mata air. Debit mata air paling hulu,
yang dibawa terutama dari peresapan danau kawah, adalah 1,2 liter per
detik dan menginfiltrasi endapan sekitar 100 meter dari lokasi
pembuangan. Mata air pada ketinggian 2075 meter melepaskan 0.9 liter per
detik dan juga sepenuhnya menginfiltrasi endapan. Debit bagian paling
bawah, terdiri terutama dari fluida hidrotermal, adalah 15.4 liter per
detik dan menjadi sumber utama pencemaran di sekitarnya; sungai Banyu
Pahit mengalir ~45 km sebelum bermuara ke selat Madura (yang terhubung
dengan Laut Jawa), dan digunakan untuk irigasi pertanian. Fluks Al, Be,
Cd, Cl, Cr, F, Fe, Pb, Mn, Na, dan SO4 melewati sungai Banyu Pahit
melebihi batas kesehatan WHO dan dapat memberikan resiko kesehatan pada
masyarakat yang hidup di lingkungan sekitarnya dan mutu produksi
pertanian karena menggunakan air beracun untuk irigasi.
Sumber
Palmer, S. (2009). Hydrogeochemistry of the upper Banyu Pahit River valley, Kawah Ijen Volcano, Indonesia. Master’s Thesis. McGill University.
Referensi lanjut dapat dilihat di faktailmiah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini