Sabtu, Januari 08, 2011

Perubahan Kritis ‘Evapotranspirasi’: Wilayah-wilayah Besar di Dunia Mengering

Tekanan kekeringan bisa berimbas pada produktivitas vegetasi, akibatnya, karbon kurang terserap, pendinginan berkurang, dan gelombang panas akan lebih ekstrim.
Tanah di wilayah-wilayah besar belahan bumi selatan, termasuk bagian utama dari Australia, Afrika dan Amerika Selatan, telah mengering pada dekade terakhir, demikian kesimpulan sekelompok peneliti dalam studi besar pertama dalam rangka memeriksa “evapotranspirasi” secara global.
Kebanyakan model iklim telah menunjukkan bahwa evapotranspirasi, atau pergerakan air dari daratan ke atmosfer, akan meningkat seiring pemanasan global. Penelitian terbaru, yang diterbitkan online minggu ini dalam jurnal Nature, menemukan apa yang persis terjadi dari tahun 1982 sampai akhir 1990-an.
Namun pada tahun 1998, peningkatan signifikan pada evapotranspirasi ini – yang sempat mencapai tujuh milimeter per tahun – melambat secara dramatis atau terhenti. Di sebagian besar dunia, tanah kini menjadi lebih kering daripada sebelumnya, hanya sedikit air yang dilepaskan, dan pengaturan peningkatan kelembaban terhenti di beberapa tempat lainnya.
Karena terbatasnya jumlah waktu untuk data yang tersedia, para ilmuwan menjadi tidak yakin apakah ini variabilitas alam atau bagian dari perubahan global yang akan bertahan lama. Tapi satu kemungkinannya adalah, pada tingkat global, akselerasi siklus hidrologi di daratan telah mencapai batas.
Jika itu terjadi, konsekuensinya bisa serius.
Hal itu bisa meliputi: berkurangnya pertumbuhan vegetasi terestrial, turunnya tingkat penyerapan karbon, hilangnya mekanisme pendinginan alam yang disediakan oleh evapotranspirasi, pemanasan yang berlebih dari permukaan tanah, gelombang panas lebih intens dengan “umpan balik” yang dapat meningkatkan pemanasan global.
“Ini pertama kalinya kami bisa mengkompilasi observasi seperti ini mengenai analisis global,” kata Beverly Law, seorang profesor ilmu perubahan kehutanan global di Universitas Oregon State. Law adalah penulis mitra studi dan direktur sains jaringan AmeriFlux dari 100 lokasi penelitian, salah satu bagian utama sintesis FLUXNET yang menggabungkan data dari seluruh dunia.
“Kami tidak berharap akan melihat pergeseran evapotranspirasi yang sedemikian luas ini di belahan bumi selatan,” ujar Law. “Ini penting untuk melanjutkan pengamatan jangka panjang, karena hingga jangka waktu lama kami memantaunya, kami tidak dapat memastikan mengapa hal ini terjadi.”
Beberapa wilayah yang mengalami kekeringan paling parah meliputi tenggara Afrika, banyak wilayah di Australia, India tengah, sebagian besar Amerika Selatan, dan beberapa wilayah di Indonesia. Sebagian besar wilayah ini secara historis memang kering, namun ada pula wilayah yang sebenarnya merupakan hutan hujan tropis.
Perubahan tiba-tiba meningkatnya evapotranspirasi global yang mendekati perhentian dalam prosesnya serupa dengan peristiwa besar El Nino pada tahun 1998, catat para peneliti dalam laporan mereka, tetapi mereka tidak menyebutkan hal yang menjadi mekanisme penyebab untuk suatu fenomena yang telah terjadi lebih dari satu dekade dari sekarang.
Evapotranspirasi terbesar diperkirakan bersamaan dengan pemanasan global, karena peningkatan penguapan air dari laut dan lebih banyak curah hujan secara keseluruhan. Dan data memang menunjukkan bahwa beberapa wilayah menjadi lebih basah daripada sebelumnya.
Bagaimanapun juga, wilayah-wilayah besar lainnya kini telah mengering, demikian yang telah ditunjukan penelitian. Ini bisa mengakibatkan tekanan kekeringan meningkat pada vegetasi dan mengurangi produktivitasnya secara keseluruhan, kata Law, dan sebagai akibatnya, karbon menjadi kurang terserap, pendinginan menjadi kurang melalui evapotranspirasi, dan gelombang panas menjadi lebih sering atau ekstrim.
Beberapa situs yang digunakan dalam penelitian ini dioperasikan oleh kelompok riset Law di pusat Oregon Cascade Range di pinggiran Sungai Metolius. Mereka konsisten terhadap beberapa kekhawatiran ini. Dalam dekade terakhir telah terjadi beberapa tahun kekeringan, tekanan vegetatif, dan beberapa kebakaran hutan yang signifikan di wilayah tersebut.
Evapotranspirasi mengembalikan sekitar 60 persen curah hujan tahunan ke atmosfer, prosesnya dengan menggunakan lebih dari setengah energi matahari yang diserap permukaan tanah. Ini merupakan komponen kunci dari sistem iklim global, menghubungkan siklus air dengan siklus energi dan karbon.
Pengamatan jangka panjang dibutuhkan untuk menentukan apakah perubahan ini merupakan bagian dari variabilitas skala-dekade atau pergeseran jangka panjang dalam hal iklim global, kata para peneliti.
Penelitian ini ditulis oleh sekelompok besar ilmuwan internasional, termasuk dari OSU; penulis utama Martin Jung dari Institut Max Planck untuk Biogeo-kimia di Jerman, dan peneliti dari Institut Sains Atmosfer dan Iklim di Swiss, Universitas Princeton, National Center for Atmospheric Research di Colorado, Universitas Harvard, dan kelompok dan lembaga-lembaga lainnya.
Jaringan regional, seperti AmeriFlux, CarboEurope, dan upaya sintesis FLUXNET, telah didukung oleh banyak lembaga pendanaan di seluruh dunia, termasuk Department of Energy, NASA, National Science Foundation, dan National Oceanic and Atmospheric Administration di AS.
Sumber: sciencedaily.com
Berita di atas berasal dari bahan-bahan yang disediakan oleh Oregon State University.
Refrensi Jurnal:
Martin Jung, Markus Reichstein, Philippe Ciais, Sonia I. Seneviratne, Justin Sheffield, Michael L. Goulden, Gordon Bonan, Alessandro Cescatti, Jiquan Chen, Richard de Jeu, A. Johannes Dolman, Werner Eugster, Dieter Gerten, Damiano Gianelle, Nadine Gobron, Jens Heinke, John Kimball, Beverly E. Law, Leonardo Montagnani, Qiaozhen Mu, Brigitte Mueller, Keith Oleson, Dario Papale, Andrew D. Richardson, Olivier Roupsard, Steve Running, Enrico Tomelleri, Nicolas Viovy, Ulrich Weber, Christopher Williams, Eric Wood, Sönke Zaehle, Ke Zhang. Recent decline in the global land evapotranspiration trend due to limited moisture supply. Nature, 2010; DOI: 10.1038/nature09396

Disadur dari www.faktailmiah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini