Sabtu, Januari 08, 2011

Lingkungan Membatasi Penganekaragaman Spesies

"Secara umum, semakin besar daerah tersebut, semakin besar jumlah spesies yang bisa didukungnya."
Penelitian terbaru pada kadal di Karibia menunjukkan bahwa penganekaragaman spesies dibatasi oleh lingkungan. Penemuan ini mendukung dan memperluas teori biogeografi kepulauan MacArthur-Wilson.
Sudah lama diterima oleh para ahli biologi bahwa faktor lingkungan menyebabkan keragaman – atau jumlah – spesies meningkat sebelum akhirnya terhenti. Beberapa studi baru, bagaimanapun juga, telah menyarankan bahwa keanekaragaman spesies berlanjut bukan masuk ke dalam keadaan keseimbangan. Namun penelitian terbaru pada kadal di Karibia tidak hanya  mendukung teori asli di mana ruang yang terbatas, persediaan makanan yang terbatas, dan persaingan untuk sumber daya,  semuanya bekerja sama untuk mencapai keseimbangan; ini melengkapi teori dengan memperluasnya lewat jangka waktu yang lebih lama lagi.
Penelitian yang dilakukan oleh Daniel Rabosky dari Universitas California, Berkeley, dan Richard Glor dari Universitas Rochester ini mempelajari pola akumulasi spesies kadal selama jutaan tahun di empat pulau Karibia Puerto Rico, Jamaika, Hispaniola, dan Kuba. Makalah mereka dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, 21 Desember.
Glor dan Rabosky terfokus pada keragaman spesies – jumlah spesies kadal yang berbeda – bukan jumlah kadal individu.
“Ukuran geografis berkorelasi terhadap keanekaragaman,” kata Glor. “Secara umum, semakin besar daerah tersebut, semakin besar jumlah spesies yang bisa didukungnya. Sebagai contoh, terdapat 60 spesies kadal Anolis di Kuba, namun spesies ini jauh lebih sedikit di pulau-pulau yang lebih kecil seperti Jamaika dan Puerto Rico.” Hanya ada 6 spesies di Jamaika dan 10 spesies di Puerto Rico.
Ahli ekologi Robert MacArthur dari Universitas Princeton, dan EO Wilson dari Universitas Harvard, membangun teori biogeografi kepulauan pada tahun 1960 untuk menjelaskan keragaman dan kekayaan spesies di habitat terbatas, serta batas-batas pertumbuhan jumlah spesies. Glor mengatakan bahwa teori MacArthur-Wilson dikembangkan untuk skala waktu-ekologi, yang mencakup ribuan tahun, sedangkan studinya bersama Rabosky memperluas konsepnya menjadi lebih dari satu juta tahun. “MacArthur dan Wilson mengenali implikasi studi evolusionari makro mereka,” jelas Glor, “tapi fokus pada skala waktu ekologis pada kesederhanaan.”
Secara historis, ahli biologi memerlukan catatan fosil untuk mempelajari pola diversifikasi spesies kadal di pulau-pulau Karibia. Namun kemajuan dalam metodologi molekul memungkinkan Glor dan Rabosky menggunakan urutan DNA untuk merekonstruksi pohon evolusi yang menunjukkan hubungan di antara spesies.
Dua ilmuwan ini menemukan bahwa penganekaragaman spesies kadal pada empat pulau telah mencapai puncaknya jutaan tahun yang lalu dan secara mendasar telah berakhir.
Glor mengatakan bahwa perluasan dan kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan dia dan Rabosky bisa menunjukkan bahwa penganekaragaman spesies kadal di pulau-pulau itu tidak berlanjut dan memang telah memasuki keadaan keseimbangan.
“Saat kita melihat pulau-pulau dan benua lain di mana kekayaan spesiesnya berbeda-beda,” kata Glor, “kita tidak bisa hanya mempertimbangkan tingkat akumulasi, kita pun perlu melihat pada titik-titik puncaknya.”
Glor menekankan bahwa keadaan kesetimbangan tidak berarti bahwa evolusi suatu spesies berakhir. Kadal akan terus beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan mereka, tetapi mereka tidak berevolusi dengan cara meningkatkan jumlah spesies di dalam habitat.
Glor yakin studinya dengan Rabosky merupakan “kata akhir” tentang pentingnya batas terhadap keragaman jenis di atas laju spesiasi saat menjelaskan hubungan area-spesies pada kadal anole.
Sumber faktailmiah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini