Sabtu, Maret 20, 2010

Semua tentang Evapotranspirasi



Air merupakan kebutuhan mutlak suatu tanaman. Jumlah air yang dibutuhkan atau yang digunakan tanaman tergantung dari beberapa faktor lingkungan (iklim dan tanah ) serta tanaman (jenis, pertumbuhan, dan fase perkembangan ). Kehilangan air melalui permukaan tanaman teras atau penguapan (evaporasi) dan melalui permukaan teras (transpirasi) disebut evapotranspirasi atau kadang-kadang disebut penggunaan air tanaman (water use). Evapotranspirasi merupakan salah satu komponen neraca air atau menjadi dua komponen bila dipilih menjadi evaporasi dan transpirasi . Kehilangan air melalui evaporasi mempunyai akibat terhadap fisiologi tanaman secara tidak langsung, seperti mempercepat penerimaan kadar air pada lapisan atas dan memodifikasi iklim mikro di sekitar tanaman. Beberapa usaha untuk mengurangi evaporasi tanah telah dilakukan seperti penggunaan mulsa dan pengaturan populasi tanaman atau jarak tanam yang efisien. Usaha tersebut disertai dengan pemilihan kultivar yang mempunyai efisien transpirasi tinggi. Pada suatu areal pertanian, penyediaan air tanaman berasal dari curah hujan atau irigasi sedangkan kehilangan air dapat berupa drainase, limpasan permukaan( run off), evaporasi, dan transpirasi. Keseluruhan masukan(input) dan keluaran (output) air ini dapat dirumuskan sebagai neraca air
            Bagian air yang menguap dari tempat-tempat yang berlainan didalam suatu daur mempunyai pengaruh besar terhadap gradien potensial air. Kandungan uap air diathmosphere dipertahankan oleh samudra, badan air yang lebih kecil di daratan tanah yang lembab dan transpirasi dari tanaman-tanaman. Jumlah dan kecepatan evapotranspirasi tergantung oleh beberapa faktor :
(1) Tersedianya uap air  dipermukaan (evapotranspirasi) tidak dapat terjadi dari tanah yang benar-benar kering
(2) Kandungan uap air udara diatas permukaan
(3) Tempratur udara dan permukaan yang mengandunguap
(4) Kekuatan angin.
            Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut evapotranspirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, dan lainnya, yang saling berhubungan satu sama lainnya. Pada waktu pengukuran evaporasi, maka kondisi dan keadaan ketika itu harus diperhatikan, mengingat faktor itu sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Kondisi-kondisi itu tidak merata di seluruh daerah. Umpamanya dibagian satu disinari matahari, dan dibagian lain berawan.
Laju evapotranspirasi dari suatu daerah oleh dua pengendali atau kontrol utama. Yang pertama ialah ketersediaan air pada permukaan daerah tersebut, dan kontrol kedua ialah kemampuan athmosphere mengevapotranspirasikan air dari permukaan dan memindahkan uap air ke atas. Kolam banyaknya air selalu tersedia tak terbatas, maka evapotranspirasi akan berlangsung dengan laju maksimum untuk lingkungan tersebut. Keadaan ini memunculkan konsep evapotranspirasi potensial, Akan tetapi pada umumnya banyaknya air pada permukaan tidaklah selalu tersedia, apalagi tak terbatas, sehingga evapotranspirasinya berlangsung dengan laju yang lebih kecil daripada laju seandainya banyaknya air yang tersedia tak terbatas. Dari konsep ini timbullah konsep evapotranspirasi aktual. Ada dua macam pengukuran yang biasa dijumpai disuatu stasiun pengamatan. Salah satunya, mengukur banyaknya air yang menguap dari suatu permukaan.
Pengukuran penguapan dari permukaan air bebas dan permukaan tanah serta transpirasi dari tumbuh-tumbuhan adalah sangat penting dalam pertanian. Hidrometeorologi, dan dalam pendesainan dan pengoprasian waduk dan sistem irigasi terutama di daerah gersang. Didalam praktek adalah sulit untuk memisahkan atau membedakan air yang dihasilkan penguapan dari tanah dan tubuh air dan yang di transpirasikan dari tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu kedua proses tadi biasa dicakup dengan menggunakan istilah evapotranspirasi. Laju evapotranspirasi ini dinyatakan dengan banyaknya uap air yang hilang oleh proses evapotranspirasi dari suatu daerah tiap satuan luas dalam satuan waktu. Ini dapat pula dinyatakan sebagai volume air cair yang hilang oleh proses evapotranspirasi dari daerah hasil tadi dalam satuan waktu yang setara dengan tinggi atau tebal air cair yang hilang tiap satuan waktu dari daerah yang ditinjau. Satu satuan waktu yang dipakai bisa satu jam atau satu hari dan satuan tebal dengan satuan milimeter atau sentimeter  
Tanaman memperoleh energi, dan sebenarnya semua bahan penyusunnya diperoleh melalui proses fotosintesis. Dengan beberapa pengecualian, tumbuh-tumbuhan darat mempunyai organ-organ fotosintesisnya, yang dianggap hanya berupa daun-daun terbuka terhadap udara, yang sering sekali mempunyai kemampuan tinggi untuk mengeluarkan air dan dari mana harus diambil karbon dioksida. Daun seringkali juga terbuka terhadap tingkat penyinaran yang tinggi, yang melalui peningkatan suhu daun meningkatkan laju potensil kehilangan air. Jaringan fotosintetik, yaitu mesofil terlindung dari lingkungan yang mengeringkan. Oleh kutikula yang hidrofobik yang menutupi epidermis. Stomata, yang terletak dalam epidermis, memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara mesofil dan udara luar. Ruang-ruang udara mesofil yang luas memungkinkan gas-gas tertukar secara mudah, dan karbon dioksida terlarut dalam air dalam dinding sel yang dekat dengan tempat fotosintesis. Kebanyakan air yang hilang sebagai uap air suatu daun menguap dari permukaan dinding epidermis. Walaupun demikian evaporasi tiap satuan luas permukaan dinding sel yang basah yang tidak konstan menurut ruang, laju setempatnya terutama dikendalikan oleh tiga faktor, salah satunya adalah kedekatan letak daerah evaporasi terhadap pori stomata, yang ditentukan oleh susunan daun. Pengaruh evaporasi tempat lain adalah suhu dan perbedaan potensial didalam daun, karena tempat-tempat dengan evaporasi tinggi biasanya mempunyai potensial air menurun, maka evaporasi dari (terutama dinding-dinding selbagian dalam ) epidermis mempunyai pengaruh besar terhadap pembukaan stomata 

Referensi Bacaan:
Daldjoeni, N.1986. Pokok-pokok klimatologi. Penerbit Alumni : Bandung
Lakitan, B. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Prawirowardoyo, S. 1998. Meteorologi. Penerbit Institut Tekhnologi Bandung : Bandung
Satrodarsono, dan Takeda, K.2003. Hidrologi untuk pengairan. Pradnya Paramitha : Jakarta
Trewartha, G.T dan Horn, L.H. 1995. Pengantar iklim, edisi kelima. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini