Dengan hanya mengutak-atik satu gen yang membatasi seberapa cepat dan
seberapa jauh sel-sel bisa berenang, para peneliti mampu mengontrol
jumlah cincin pada bakteri.
Banyak makhluk hidup yang memiliki belang, namun proses perkembangan
yang menciptakannya beserta pola-pola lainnya merupakan hal yang
kompleks dan sulit untuk diuraikan.
Sekarang, sebuah tim ilmuwan
telah merancang sirkuit genetik sederhana yang menciptakan pola bergaris
yang bisa mereka kontrol dengan mengutak-atik sebuah gen tunggal.
“Komponen-komponen
penting bisa dikuburkan dalam konteks fisiologis yang kompleks,” kata
Terence Hwa, seorang profesor fisika di Universitas California, San
Diego, dan salah satu pemimpin studi yang dipublikasikan dalam Science,
14 Oktober. “Sistem alam membuat segala macam pola yang indah, namuan
masalahnya adalah Anda tidak pernah tahu apa yang benar-benar
mengendalikannya.”
Dengan gen-gen yang diperoleh dari satu spesies
bakteri dan dimasukkan ke yang lainnya, Hwa bersama rekan-rekannya dari
Universitas Hong Kong merakit sebuah lingkaran genetik dari dua modul
terkait yang merasakan bagaimana gerombolan sekelompok sel terbentuk dan
melakukan respon dengan mengendalikan gerakan mereka.
Salah satu modulnya mengeluarkan sinyal kimia yang disebut acyl-homoserine lactone
(AHL). Seiring pertumbuhan koloni bakteri, AHL membanjiri sel-sel yang
terakumulasi, menyebabkan mereka jatuh di tempatnya daripada berenang.
Terjebak dalam agar-agar hidangan, mereka menjadi menumpuk.
Karena AHL tidak menyebar sangat jauh, beberapa sel melarikan diri dan berenang menjauh untuk memulai proses lagi.
Dibiarkan
tumbuh dalam semalam, sel-sel ini menciptakan pola cincin konsentris,
mirip papan target, yang padat dan menyebarkan sel-sel bakteri. Dengan
hanya mengutak-atik satu gen yang membatasi seberapa cepat dan seberapa
jauh sel-sel bisa berenang, para peneliti mampu mengontrol jumlah cincin
pada bakteri. Mereka juga dapat memanipulasi pola dengan memodifikasi
seberapa lama AHL berlangsung sebelum terdegradasi.
Meskipun
bakteri individu merupakan sel tunggal, namun sebagai koloni mereka
mampu bertindak seperti sebuah organisme multiseluler, mengirim dan
menerima sinyal untuk mengkoordinasikan pertumbuhan dan fungsi-fungsi
lain koloni. Artinya, aturan-aturan dasar yang mengatur pengembangan
pola-pola ini juga bisa berlaku pada langkah-langkah penting dalam
pengembangan organisme lain, seperti zebra, macan tutul dan lain-lain.
Untuk
mengungkap aturan-aturan mendasar ini, Hwa bersama
rekan-rekannya menandai kinerja sitkuit sintetis genetik mereka ini
dalam dua cara.
Pertama, mereka mengukur kedua aktivitas gen
individu dalam sirkuit sepanjang siklus jatuh-dan-berenang. Kemudian
mereka menurunkan persamaan matematika yang menggambarkan probabilitas
sel-sel yang membalik di antara gerakan berenang dan jatuh.
Persamaan-persamaan
tambahan menjelaskan aspek-aspek lain dari sistem, seperti dinamika
sintesis, difusi dan penonaktifan salah satu sinyal kimia sel-ke-sel
AHL.
Pendekatan tiga-cabang dari eksperimen “lab-basah”,
pengukuran yang tepat terhadap hasil, dan pemodelan matematika terhadap
sistem ini, mencirikan disiplin dalam biologi kuantitatif, kata Hwa. “Ini adalah prototipe, sebuah model jenis biologi yang ingin kami lakukan.”
Kredit: University of California – San Diego
Jurnal: C. Liu, X. Fu, L. Liu, X. Ren, C. K. L. Chau, S. Li, L. Xiang, H. Zeng, G. Chen, L.-H. Tang, P. Lenz, X. Cui, W. Huang, T. Hwa, J.-D. Huang. Sequential Establishment of Stripe Patterns in an Expanding Cell Population. Science, 2011; 334 (6053): 238 DOI: 10.1126/science.1209042
Jurnal: C. Liu, X. Fu, L. Liu, X. Ren, C. K. L. Chau, S. Li, L. Xiang, H. Zeng, G. Chen, L.-H. Tang, P. Lenz, X. Cui, W. Huang, T. Hwa, J.-D. Huang. Sequential Establishment of Stripe Patterns in an Expanding Cell Population. Science, 2011; 334 (6053): 238 DOI: 10.1126/science.1209042
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini