Selasa, September 06, 2011

Pengelolaan keanekaragaman hayati pada hutan produksi, cara baru konservasi

Untuk pertama kalinya di Indonesia, sebuah konsesi hutan alam berhasil melakukan integrasi rencana pengelolaan produksi dan pelestarian satwa langka, khususnya orangutan, lewat pendekatan pengelolaan hutan secara lestari. Keberhasilan perusahaan pengelola hutan alam tersebut hari ini (19/8) ditandai dengan penyerahan secara resmi sertifikat pengelolaan hutan lestari dari Forest Stewardship Council (FSC) kepada PT. Suka Jaya Makmur (SJM), sebuah perusahaan yang berlokasi di Ketapang, Kalimantan Barat. Sertifikat FSC diberikan pada perusahaan – perusahaan bidang kehutanan di seluruh dunia yang berkomitmen tinggi menjalankan bisnis mereka dengan memperhatikan aspek ekologi, produksi serta sosial.

Menurut hasil penelitian WWF Indonesia tahun 2010, kawasan hutan produksi PT. SJM seluas 171.340 hektar diperkirakan menjadi habitat penting bagi sekitar 600 – 700 individu orangutan jenis Pongo pygmaeus wurmbii.

Bapak Iman Santoso, Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan (BUK) Departemen Kehutanan dalam sambutannya pada acara penyerahan sertifikat tersebut mengatakan,”Saya sangat mengapresiasi upaya PT Sukajaya Makmur dan parapihak terkait, karena untuk pertama kalinya di Indonesia ada sebuah konsesi hutan alam berhasil mengintegrasikan aspek pemanfaatan dan kelestarian alam dalam rencana pengelolaan hutan produksinya, untuk pelestarian orangutan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan hutan produksi secara lestari adalah hal yang sangat mungkin dilakukan, khususnya untuk mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati di luar kawasan yang dilindungi. Saya berharap sistem pengelolaan seperti ini bisa direplikasi pada konsesi – konsesi lainnya di Indonesia.”

Penelitian WWF menunjukkan bahwa sepanjang logging dilakukan dengan cara-cara yang lestari, pakan alami orangutan dijaga agar tetap tersedia, dan ancaman perburuan selalu dikontrol secara ketat, orangutan dapat tetap hidup didalam hutan produksi dengan baik.

Sejak tahun 2009 WWF-Indonesia melalui program Global Forest and Trade Network (GFTN) Indonesia dan program Spesies mulai bekerja sama dengan PT. SJM mengembangkan rencana pengelolaan perusahaan untuk menciptakan harmonisasi antara operasional/ produksi dan konservasi populasi orangutan di dalam konsesi . Kerjasama tersebut sejalan dengan sertifikasi FSC yang mensyaratkan konservasi dan pengelolaan secara lestari lokasi kerja konsesi terkait. Dalam kerjasama ini WWF memfasilitasi survey lokasi sarang, pohon pakan orangutan serta jarak edar keseharian orangutan. Hasil survey ini kemudian dipadukan dalam rencana pengelolaan produksi kayu perusahaan dan diadopsi dalam kebijakan perusahaan, misalnya menjadi standar prosedur operasional PT. SJM.

Diperkirakan saat ini total populasi orangutan di Kalimantan hanya tersisa sekitar 54,000 individu. Ancaman terbesar bagi primata ini adalah kerusakan habitat oleh kegiatan manusia seperti pembukaan lahan untuk perkebunan, pertanian, tambang dan perumahan. Kerusakan habitat menyebabkan semakin menyusutnya habitat orangutan di Kalimantan dan menurunkan jumlah serta sebaran populasinya. Saat ini orangutan tersebar tidak hanya di kawasan konservasi, tetapi juga di luar kawasan konservasi, termasuk di hutan produksi.

” Kemitraan dengan pihak pengelola hutan alam menjadi elemen penting dan strategis untuk konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia yang perlu terus didukung dan dikembangkan. WWF-Indonesia bangga bisa memberikan kontribusi bagi pengembangan rencana pengelolaan yang mengintegrasikan antara produksi dan pelestarian orangutan di Indonesia, ” kata Dr. Efransjah CEO WWF – Indonesia. ”Kemitraan dengan PT. Suka Jaya Makmur terbukti mampu mendorong nilai – nilai lingkungan seperti keberadaan satwa yang dilindungi dan kesejahteraan masyarakat lokal di dalam hutan yang berjalan harmonis dengan produksi kayu perusahaan”, lanjutnya.

”Perolehan sertifikat FSC adalah wujud komitmen dan konsistensi semua pihak menuju perubahan bersama. Keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan bahan baku dari hutan alam untuk jangka panjang dengan kelestarian alam harus terus dijaga”, kata Handjaja Wakil Direktur PT. Suka Jaya Makmur. “Keseimbangan alam termasuk satwa dilindungi, masyarakat lokal serta keberlangsungan hutan alam itu sendiri,” lanjutnya.

”Fakta bahwa 70 persen orangutan Kalimantan saat ini hidup di luar kawasan yang dilindungi, termasuk di hutan produksi, belum diketahui banyak orang. Demikian juga dengan keberadaan populasi dan sebaran orangutan di kawasan hutan produksi,” kata Chairul Saleh, Koordinator Program Spesies WWF-Indonesia. Menurutnya, kerusakan dan penyusutan habitat orangutan sudah sedemikian besarnya, sehingga komitmen pemilik konsesi hutan produksi untuk turut serta melestarikan orangutan dalam rencana produksinya memberikan harapan besar bagi konservasi orangutan di masa mendatang.

WWF Indonesia melalui program Global Forest & Trade Network yang di Indonesia memiliki 32 anggota bekerja di tingkat tapak untuk mendorong pengelolaan hutan yang lestari, GFTN juga memfasilitasi jaringan perdagangan antara perusahaan – perusahaan yang berkomitmen mencapai, mendukung sektor kehutanan yang bertanggung jawab serta perolehan sertifikat FSC. Dalam semangat konservasi dan penerapan Best Management Practice (BMP), GFTN melakukan pendekatan ke banyak perusahaan di bawah fasilitasinya.

Sumbe: http://www.wwf.or.id/?23101/Pengelolaan-keanekaragaman-hayati-pada-hutan-produksi-cara-baru-konservasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini