Pengambilan terumbu karang dapat menyebabkan kehancuran karang yang
juga tentunya akan mengganggu populasi ikan yang hidup dalam ekosistem
terumbu karang tersebut. Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas
dan terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini mempunyai produktivitas
organik yang sangat tinggi dan tempat berkumpulnya beraneka ragam
jenis-jenis ikan karang, udang, alga, teripang, karang, mutiara dan
sebagainya.
Sekarang ini di Indonesia dinyatakan ada 13 marga (20
jenis) biota Laut yang dilindungi. Salah satu penyebab kelangkaan
terumbu karang dan biota laut tersebut antara lain eksploitasi yang
berlebihan, pencemaran perairan laut oleh limbah minyak, perdagangan dan
perusakan terumbu karang oleh oknum yang ingin menangkap ikan secara
mudah dengan cara membom atau meracuni ikan dengan sianida.
Terumbu
karang selain berfungsi sebagai tempat kehidupan ikan yang produktif
juga merupakan pelindung fisik yang penting bagi keutuhan pantai.
Apabila terumbu karang rusak, akibatnya pantai akan torus terkikis oleh
pukulan ombak, bahkan pulau karang kecil dapat hilang tenggelam seperti
yang terjadi di Pulau Ubi di Teluk Jakarta.
Ada dua jenis karang
yang perlu diketahui, yaitu karang batu (stony coral) yang kerangka
luarnya membentuk bahan kapur dan karang lunak (soft coral yang
mempunyai kerangka terbentuk dari zat tanduk. Biota atau hewan utama
pembentuk karang adalah karang batu. Hewan karang sendiri disebut polip.
Pada
umumnya, karang hidup dengan berkoloni yang terdiri dari beribu-ribu
polip. Karang batu inilah yang diambil untuk keperluan bahan bangunan,
kontruksi jalan dan kegunaan industri lainnya. Karang batu jika telah
mati akan kering dan berwarna putih —karang ini dimanfaatkan untuk
industri kapur, tegel dan semen.
Biota-biota terumbu karang
mempunyai keanekaragaman dan bentuk warna bermacam-macarn. Ada yang
berwarna gelap, hitam, merah, biru, kuning, jingga, hijau, coklat dan
berbagai warna lainnya. Biota terumbu karang ini menjadi sasaran
pengumpulan untuk tujuan komersil misalnya, pembuatan aquarium laut.
Ekosistem
terumbu karang mempunyai nilai estetika tinggi di alam. Karang yang
indah ini dimanfaatkan sebagai objek wisata alam (ekohnisme) bahari yang
menakjubkan, warna-warni terumbu yang aneh berbentuk seperti benda
mati, tetapi sebenarnya meraka adalah makhluk hidup yang aktif mencari
mangsa.
Keindahan terumbu karang ini dapat disaksikan dari
permukaan laut yang tenang di Taman Laut Kepulauan Seribu di kawasan
Jakarta, Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara atau Taman Laut
Cendrawasih di Irian Jaya. Menyaksikan terumbu-terumbu itu Anda dapat
berenang mengambang di permukaan laut dengan menggunakan snorkel dan
masker.
Perdagangan merupakan salah satu faktor hancurnya ekosistem terumbu karang.
Perdagangan
terumbu karang ternyata bukan hanya melibatkon sektor regional (suatu
negara) tetapi sekarang ini sudah menjadi menginternasional.
Negara-negara berkembang, terutama yang menghendaki adanya peningkatan
devisa pada sektor Monmigas’, bahliari telah melakukan pengeksporan
terumbu karang secara besar-besaran.
Indonesia, Malaysia, Taiwan,
Fiji, dan India masing-masing tercatat telah mengekspor lebih dari 50
ton karang mentah ke Amerika. Pada pertengahan tahun 1970-an Filipina
tercatat telah mengekspor lebih dari 1.980 ton karang mentah. Jumlah ini
menurun pada awal tahun 1977 karena adanya pembekuan perdagangan di
Filipina. Setelah tahun 1986, setelah pembekuan dicairkan kembali,
Filipina pun mengekspor 689 ton karang mentah ke AS.
Selama ini,
pengimpor terbesar adalah AS dengan jumlah 1.400 ton pada tahun 1986.
Ekspor karang mentah Indonesia sendiri ke AS, berdasarkan catatan yang
ada pada tahun 1988, mencapai angka hampir 400 ton.
Selain karang
mentah, beberapa jenis komoditi yang diolah berasal dari terumbu karang
adalah kerajinan tangan dan perhiasan-perhiasan. Beberapa jenis yang
tercatat sebagai jenis penting dalam perdagangan adalah “nobel coral”
atau Coralium rubrum, C japonicum, C elatiou, dan C konojoi.
Para
pengrajin yang memperdagangkan ekspor tersebut adalah negara-negara
Eropa terutama Italia yang kerajinan khusus terbuat dari jenis-jenis
karang sebagai komoditi dan hiasan yang terkenal, seperti vas bunga,
ukuran dan bentuk kerajinan lainnya.
Di Asia dan Timur Tengah,
akar bahar (Anihipates spp) secara tradisional telah diperjualbelikan
dalam bentuk jimat-jimat atau tasbih karena dipercaya dapat
menghindarkan penyakit dan pcngaruh roh-roh jahat. Saat ini ada 150
jenis akar bahar yang sekarang ini dimasukkan dalam daftar lampiran II
CITES.
Bentuk gelang, giwang, benda-benda kerajinan dan
bermacam-macam bentuk yang diolah dari akar bahar adalah yang paling
sering untuk diperjualbelikan para wisatawan di kawasan Asia Tenggara
dan Pasifik.
Untuk itu perlu pengontrolan yang ketat untuk
mencegah timbulnya eksploitasi yang merusak. Ekosistem terumbu karang
sangat penting sebagai pendukung budidaya ikan, rumput laut, kerang
mutiara, dan kestabilan ekosistem agar kondisi fisik perairan laut tidak
berubah.
Di Indonesia, usaha mengawasi dan mengontrol kekayaan
laut tentu saja bukan perkara mudah—karena sekitar 62 persen (3,1 juta
km persegi) wilayah Indonesia adalah laut. Untuk itu, salah satu cara
yang efektif melestarikan dan mengelola sumberdaya kelautan kita ialah
dengan cara pemanfaatan yang berlandaskan pembangunan berkesinambungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini