Senin, Juli 18, 2011

Faktor hancurnya ekosistem terumbu karang

Pengambilan terumbu karang dapat menyebabkan kehancuran karang yang juga tentunya akan mengganggu populasi ikan yang hidup dalam ekosistem terumbu karang tersebut. Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas dan terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini mempunyai produktivitas organik yang sangat tinggi dan tempat berkumpulnya beraneka ragam jenis-jenis ikan karang, udang, alga, teripang, karang, mutiara dan sebagainya.
Sekarang ini di Indonesia dinyatakan ada 13 marga (20 jenis) biota Laut yang dilindungi. Salah satu penyebab kelangkaan terumbu karang dan biota laut tersebut antara lain eksploitasi yang berlebihan, pencemaran perairan laut oleh limbah minyak, perdagangan dan perusakan terumbu karang oleh oknum yang ingin menangkap ikan secara mudah dengan cara membom atau meracuni ikan dengan sianida.
Terumbu karang selain berfungsi sebagai tempat kehidupan ikan yang produktif juga merupakan pelindung fisik yang penting bagi keutuhan pantai. Apabila terumbu karang rusak, akibatnya pantai akan torus terkikis oleh pukulan ombak, bahkan pulau karang kecil dapat hilang tenggelam seperti yang terjadi di Pulau Ubi di Teluk Jakarta.
Ada dua jenis karang yang perlu diketahui, yaitu karang batu (stony coral) yang kerangka luarnya membentuk bahan kapur dan karang lunak (soft coral yang mempunyai kerangka terbentuk dari zat tanduk. Biota atau hewan utama pembentuk karang adalah karang batu. Hewan karang sendiri disebut polip.
Pada umumnya, karang hidup dengan berkoloni yang terdiri dari beribu-ribu polip. Karang batu inilah yang diambil untuk keperluan bahan bangunan, kontruksi jalan dan kegunaan industri lainnya. Karang batu jika telah mati akan kering dan berwarna putih —karang ini dimanfaatkan untuk industri kapur, tegel dan semen.
Biota-biota terumbu karang mempunyai keanekaragaman dan bentuk warna bermacam-macarn. Ada yang berwarna gelap, hitam, merah, biru, kuning, jingga, hijau, coklat dan berbagai warna lainnya. Biota terumbu karang ini menjadi sasaran pengumpulan untuk tujuan komersil misalnya, pembuatan aquarium laut.
Ekosistem terumbu karang mempunyai nilai estetika tinggi di alam. Karang yang indah ini dimanfaatkan sebagai objek wisata alam (ekohnisme) bahari yang menakjubkan, warna-warni terumbu yang aneh berbentuk seperti benda mati, tetapi sebenarnya meraka adalah makhluk hidup yang aktif mencari mangsa.
Keindahan terumbu karang ini dapat disaksikan dari permukaan laut yang tenang di Taman Laut Kepulauan Seribu di kawasan Jakarta, Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara atau Taman Laut Cendrawasih di Irian Jaya. Menyaksikan terumbu-terumbu itu Anda dapat berenang mengambang di permukaan laut dengan menggunakan snorkel dan masker.
Perdagangan merupakan salah satu faktor hancurnya ekosistem terumbu karang.
Perdagangan terumbu karang ternyata bukan hanya melibatkon sektor regional (suatu negara) tetapi sekarang ini sudah menjadi menginternasional. Negara-negara berkembang, terutama yang menghendaki adanya peningkatan devisa pada sektor Monmigas’, bahliari telah melakukan pengeksporan terumbu karang secara besar-besaran.
Indonesia, Malaysia, Taiwan, Fiji, dan India masing-masing tercatat telah mengekspor lebih dari 50 ton karang mentah ke Amerika. Pada pertengahan tahun 1970-an Filipina tercatat telah mengekspor lebih dari 1.980 ton karang mentah. Jumlah ini menurun pada awal tahun 1977 karena adanya pembekuan perdagangan di Filipina. Setelah tahun 1986, setelah pembekuan dicairkan kembali, Filipina pun mengekspor 689 ton karang mentah ke AS.
Selama ini, pengimpor terbesar adalah AS dengan jumlah 1.400 ton pada tahun 1986. Ekspor karang mentah Indonesia sendiri ke AS, berdasarkan catatan yang ada pada tahun 1988, mencapai angka hampir 400 ton.
Selain karang mentah, beberapa jenis komoditi yang diolah berasal dari terumbu karang adalah kerajinan tangan dan perhiasan-perhiasan. Beberapa jenis yang tercatat sebagai jenis penting dalam perdagangan adalah “nobel coral” atau Coralium rubrum, C japonicum, C elatiou, dan C konojoi.
Para pengrajin yang memperdagangkan ekspor tersebut adalah negara-negara Eropa terutama Italia yang kerajinan khusus terbuat dari jenis-jenis karang sebagai komoditi dan hiasan yang terkenal, seperti vas bunga, ukuran dan bentuk kerajinan lainnya.
Di Asia dan Timur Tengah, akar bahar (Anihipates spp) secara tradisional telah diperjualbelikan dalam bentuk jimat-jimat atau tasbih karena dipercaya dapat menghindarkan penyakit dan pcngaruh roh-roh jahat. Saat ini ada 150 jenis akar bahar yang sekarang ini dimasukkan dalam daftar lampiran II CITES.
Bentuk gelang, giwang, benda-benda kerajinan dan bermacam-macam bentuk yang diolah dari akar bahar adalah yang paling sering untuk diperjualbelikan para wisatawan di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik.
Untuk itu perlu pengontrolan yang ketat untuk mencegah timbulnya eksploitasi yang merusak. Ekosistem terumbu karang sangat penting sebagai pendukung budidaya ikan, rumput laut, kerang mutiara, dan kestabilan ekosistem agar kondisi fisik perairan laut tidak berubah.
Di Indonesia, usaha mengawasi dan mengontrol kekayaan laut tentu saja bukan perkara mudah—karena sekitar 62 persen (3,1 juta km persegi) wilayah Indonesia adalah laut. Untuk itu, salah satu cara yang efektif melestarikan dan mengelola sumberdaya kelautan kita ialah dengan cara pemanfaatan yang berlandaskan pembangunan berkesinambungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini