Penampilannya unik. Tidak tampak adanya daun seperti umumnya tanaman lain. Ia hanya tersusun dari batang-batang mirip tulang-belulang berwarna hijau. Itu sebabnya dinamakan patah tulang. Getahnya punya banyak khasiat. Dengan batang dan cabang yang tersusun zigzag melintang tak beraturan, patah-patah, nyaris tanpa daun, tanaman ini terlihat aneh dan unik. Karena unik, orang lebih memanfaatkannya sebagai tanaman hias. Namun, ada juga yang sengaja menanamnya untuk koleksi tanaman obat.
Bagian tanaman yang paling sering dimanfaatkan untuk obat adalah kulit batang dan getahnya. Getah patah tulang berwarna putih seperti susu, mengandung senyawa euphorbone, taraksasterol, alaktucerol, euphol, damar yang rasanya tajam, zat karet, dan zat pahit.
Diborehkan ke kulit Para pengobat zaman dulu memanfaatkan kombinasi kulit batang dan getah tanaman ini untuk mengobati tulang patah, seperti tercantum dalam catatan Kloppenburgh Versteegh, ahli obat tradisional Indonesia berkebangsaan Belanda. Caranya, kulit batang tanaman ini digiling halus dan dicampur minyak, lalu diborehkan di kulit, di daerah yang tulangnya patah. Setelah itu diberi kulit pohon randu dan dibalut.
Saat ini penggunaan tanaman ini untuk kasus tulang patah memang tak lazim lagi. Apalagi sudah ada metode pengobatan yang lebih modern, seperti suntikan pereda rasa sakit dan pemasangan gips.
Pemberian borehan tanaman patah tulang dan kulit randu hanya untuk tindakan pertolongan pertama. Biasanya sebagai pereda rasa sakit dan pencegah infeksi. Meski begitu, seperti diungkapkan Wahono, getah tanaman batang berwarna hijau tua ini dapat menyembuhkan luka luar seperti terpotong, tersayat, atau terkena pecahan kaca. Ada juga yang memanfaatkan getahnya untuk menghilangkan kutil, atau dalam bahasa medis disebut tumor jinak.
"Bisa juga untuk mengurangi rasa gatal di tahi lalat dan hasilnya cukup baik. Untuk kutil, tentu hanya efektif jika ukurannya masih kecil atau mulai tumbuh. Jika sudah telanjur besar, tentu tidak efektif lagi. Selain itu, pengobatannya juga harus rutin, minimal mengoleskannya dua kali sehari," tuturnya.
Jauhkan dari mata Satu hal yang perlu diperhatikan saat memanfaatkannya adalah menghindari kontak langsung getah dengan mata. Getah patah tulang mengandung racun berbahaya. Bila terkena mata, getah akan menimbulkan rasa gatal dan bengkak di kelopak mata.
Kalau telanjur terkontaminasi, sebagai pertolongan pertama, basuh mata dengan air matang, kemudian segara konsultasikan ke dokter ahli. Pertolongan yang terlambat bukan tidak mungkin dapat menimbulkan kebutaan.
Penggunaan patah tulang sebagai tanaman obat sempat memudar beberapa saat. Namun, bukan berarti namanya langsung tenggelam begitu saja. Di berbagai daerah di Indonesia, nama patah tulang masih tetap populer. Ada yang menyebutnya kayu urip, kayu susuru, pancing towo (karena bentuknya aneh dan memancing tawa), atau tikel balung.
Kini pamor tanaman bernama Latin Euphorbia tirucalli Linn ini mencuat kembali. Saudara dekat tanaman hias Euphorbia millii juga ini mulai dikembangbiakkan kembali.
Cukup Oles Getahnya Sebenarnya tidak ada banyak cara dalam memanfaatkan tanaman patah tulang atau biasa disebut kayu urip (Jawa). Namun, perlu diperhatikan, getahnya jangan sampai kontak dengan bola mata karena bisa membuat buta.
Disarankan juga jika hendak menggunakan patah tulang sebagai obat, gunakan cabang yang cukup tua. Cabang yang sudah tua menghasilkan getah lebih banyak daripada yang muda.
Berikut beberpa contoh penggunaannya:
• Patahkan bagian tulang tanaman ini, sebaiknya pilih yang sudah tua. Setelah keluar getahnya, langsung oleskan ke bagian tubuh yang sakit. Getah ini diyakini bisa menghilangkan gangguan di kulit seperti kutil atau tahi lalat.
• Saat mengoleskan getah, sebaiknya berhati-hati agar tidak terkena bagian tubuh yang lain. Diamkan selama beberapa saat sampai getah mengering. Setelah itu, cuci dengan air bersih.
@ Lalang Ken Handita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
AkarManis
Alpukat
Alzheimer
AMDAL
Antiseptik
Apium graveolens
Asma
Axonopus compressus
Bawang
Benjamin Balansa
Buah
Chelodina
Chelodina mccordi
Cinchona pubescens
Cinchona succirubra
covid
Daun Ketumbar
Deforestasi
Depresi
Desinfektan
EcengPadi
endemik
fauna
flora
Galegeeska revoilii
giant redwood
giant sequoia
GinkoBiloba
Grindelia
Hernia
informasi dunia
informasi hiburan
informasi kehutanan
Informasi Kesehatan
informasi lingkungan
jambu
Jambu Biji
Jejaring Sosial
Jeruk Nipis
Kafein
Kanker Hati
Kayu
Kayu lapis
kehutanan
Kentang
Kepunahan
kera
Kerontokan Rambut
Ketela
Kina
Kompas
Kopi Hitam
Kunyit
Kura-kura
Laboratorium
Lidah Buaya
Limbah
Matematika
Minyak Kemiri
Minyak Rosemary
Monochoria vaginalis
monyet
NAR
Neem
padang rumput
Papan
Papan Partikel
Pezoporus occidentalis
phenylindanes
Phoboscincus bocourti
Plantae
Plywood
Primata
Psidium guajava
Pterodroma cahow
Pulau Rote
Rambut
reptil
Rumput
Rumput Belang
Seledri
Sequoia gigantea
Sequoia wellingtonia
Silva
Singkong
Solenodon cubanus
Spermatophyta
Stres
SUUNTO
teknologi
Tips
topikepalacina
Tradescantia zebrina
Umbi
Yogurt
ZEBRINA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini