Senin, Maret 29, 2010

Tubotoxin dalam akar tananam tuba (Derris elleptica (Roxb.) Benth) merupakan insektisida alami yang kuat

Nama ilmiah tumbuhan tuba adalah Derris eliptica (Roxb.) Benth) (WHO, 1992). Tumbuhan ini tersebar luas di Indonesia, biasanya banyak tumbuh liar di hutan-hutan, di lading-ladang yang sudah ditinggalkan. Nama daerah tanaman tuba adalah tuba jenuh (Karo), tuba (Toba), tuba (Sunda), tuba jenong (Simalungun), tuba (Jawa). Tumbuhan tuba memiliki panjang 5-10 meter, ranting berwarna coklat tua dengan lentisel yang berbentuk jerawat, daun tersebar bertangkai pendek, memanjang sampai bulat telur terbalik, sisi bawah hijau keabu-abuan, kelopak berbentuk cawan, polongan oval sampai memanjang, biji 1-2, biasanya berbuah pada bulan April-Desember.
Taksonomi tumbuhan tuba ini diklasifikasikan sebagai berikut (WHO, 1992) :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dikotylae
Ordo : Leguminosae
Familia : Papilionaceae
Genus : Derris
Species : Derris eliptica
Flavanoida
Flavanoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar ditemukan di alam. Harborne (1987) mengatakan bahwa senyawa-senyawa ini adalah zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavanoida memiliki kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3) sehingga membentuk (C6-C3-C6). Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur yakni 1,3-diaril propana (flavanoida), 1,2-diaril propana (isoflavanoida), 1,1-diaril propana (neoflavanoida).
Rotenone
Rotenone adalah salah satu anggota dari senyawa isoflavon, sehingga rotenone termasuk senyawa golongan flavanoida. Salah satu kandungan dari ekstrak tanaman tuba adalah rotenone dengan nama lain tubotoxin (C23H22O6). Tubotoxin merupakan insektisida alami yang kuat, titik lelehnya 163¬¬°C, larut dalam alkohol, karbon tetraclorida, chloroform, dan banyak larutan organik lainnya. Jika terbuka terhadap cahaya dan udara mengalami perubahan warna kuning terang menjadi kuning pekat, orange dan terakhir menjadi hijau tua dan akan diperoleh kristal yang mengandung racun serangga (WHO, 1992).
Toksikologi
Toksikologi menurut E. J Ariens (1985) dalam Wattimena et al. (1994) adalah pengetahuan kerja senyawa kimia yang merugikan terhadap organism hidup dan merupakan cabang dari farmakologi, yang mencakup : pestisida, insektisida, racun dan komponen makanan. Suatu zat dinyatakan racun bila zat tersebut menyebabkan efek merugikan bagi yang menggunakannya. Namun dalam praktek hanya zat dengan resiko relatif besar untuk menyebabkan kerusakan dinyatakan dengan racun. Sebagai contoh timbal dan raksa. Zat ini menimbulkan keracunan, selama jumlah yang diabsorbsi berada di bawah konsentrasi yang bersifat racun. Adanya kenyataan bahwa zat-zat kimia akan menimbulkan kematian dalam dosis microgram, maka zat kimia yang lain mungkin relatif kurang berbahaya setelah diberikan dengan dosis melebihi beberapa gram. Parameter toksisitas didasarkan pada jumlah besarnya zat kimia yang diperlukan untuk menimbulkan bahaya yaitu luar biasa toksik (1 mg/kg), sangat toksik (1-50 mg/kg), cukup toksik (50-500 mg/kg), sedikit toksik (0,5-5 mg/kg), tidak toksik (5-15 mg/kg). Mekanisme kerja toksik dilandasi oleh interaksi kimia antara metabolit dengan substrat biologi yang membentuk ikatan kimia kovalen yang tidak bolak-balik sehingga terjadi perubahan fungsional, yaitu kerusakan pada plasma

Referensi Bacaan dan Link Terkait :
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia-Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB Press. Bandung
Wattimena, Y.R.,Mathilda, B.W.,Elin, Y.S. 1994. Toksikologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
http://inchem.org/documents/hsg/hsg/hsg073.htm

1 komentar:

Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini