Periode 90-an, badak sumatera di Malaysia diperkirakan sekitar 200 individu, tersebar di Semenanjung Malaysia dan Sabah. Populasinya terkonsentrasi di Endau Rompin [20-25 individu], Taman Negara [8-12 individu], dan Sungai Dusun Wildlife Reserve [4-6 individu]. Sisanya, tersebar di Gunong Belumut, Mersing Coast, Ulu Lepar, Sungai Depak, Kuala Balah, Bukit Gebok, Krau Wildlife Reserve, Ulu Selama, Ulu Belum, dan perbatasan Kedah.
Badak pertama yang ditangkap untuk penangkaran [captive breeding] adalah Dusun. Seperti namanya, ia ditangkap di Sungai Dusun, Semenanjung Malaysia, pada 9 September 1986. Penangkaran badak sumatera di Malaysia awalnya dibangun di Sungai Dusun Wildlife Reserve dan Zoo Melaca. Ada 6 individu yang diselamatkan, 5 betina dan satu jantan muda. Namun, jantan muda ini mati setelah dilahirkan induknya yang sewaktu ditangkap bunting.
Penangkaran badak di Sungai Dusun tidak diteruskan, selain badak yang diselamatkan dari Semananjung Malaysia tidak ada lagi di alam, badak yang dipelihara juga mati satu persatu akibat penyakit tripanosoma yang berasal dari lalat. Diduga pula, kematian tersebut akibat sanitasi kurang baik, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan serius terhadap badak di penangkaran.
Bagaimana kabar badak Dusun? Dia dikirim ke Sumatran Rhino Sanctuary, Way Kambas, Lampung, sebagai badak betina ketiga yang masuk penangkaran, berdasarkan pertukaran Malaysia dan Indonesia pada 1987. Tujuannya, menyelamatkan badak sumatera dari ancaman kepunahan. Dusun hanya bertahan di SRS selama 3 tahun, mati pada 7 Februari 2001 karena penyakit degenerasi dan senilitas [penuaan].
Selain itu, ada juga badak betina yang dikirim ke Kebun Binatang Dusit, Thailand. Namun, tidak lama mati akibat gangguan pencernaan, akibat pakan yang tidak sesuai. Badak tersebut diberi kacang-kacangan, pisang, kentang, dan beberapa jenis daun
Badak sumatera di alam, kini hanya tersisa di Indonesia, diperkirakan tidak lebih dari 100 individu. Di Sumatera tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser, Bukit Barisan Selatan, dan Way Kambas. Khusus di Kerinci Seblat, sudah tidak ditemukan lagi jejaknya sejak 2011. Di Kalimantan Timur, diperkirakan tersisa kurang 15 individu. Itu pun perkiraan terlalu optimis.
Kondisi nyatanya adalah, ada satu badak betina bernama Pahu di SRS Hutan Lindung Kelian Lestari, Kalimantan Timur, yang memerlukan jantan untuk dikawinkan. Sementara di SRS Taman Nasional Way Kambas, Lampung terdapat 7 individu badak [3 jantan dan 4 betina].
Bila dilihat sejarah penyelamatan badak, upaya ini memang cukup panjang dengan tingkat keberhasilan minim. Sejak 1982, para ahli dari mancanegara telah berdiskusi meningkatkan populasi badak di alam.
Pada 1993, perkiraan populasi optimis menyatakan, total populasi badak sumatera di dunia diperkirakan ada 400 individu. Namun, para ahli pada pertemuan 2014 di Singapura sepakat, populasinya justru kurang dari 100 individu. Melalui perdebatan khusus, jika memperkirakan populasi batas minimum, mungkin badak tersisa hanya 30 individu di alam.
Penyelamatan badak sumatera dari ancaman kepunahan, kini ada di tangan Pemerintah Indonesia. Inisiatif aksi penyelamatan, kerja sama internasional, dan penggalangan dana perlu digalakkan.
Harapan penyelamatan badak sumatera tidak dipungkiri berada di pusat penangkaran, seperti di SRS Taman Nasional Way Kambas. Program ini pun perlu dipadu-serasikan dengan potensi-potensi varietas genetik dari individu-individu yang tersisa di Leuser Timur, Bukit Barisan Selatan, Kalimantan Timur; bahkan di Sabah sekalipun meski hanya tersisa sperma dari badak Kertam *(Kertam, badak sumatera subjenis Kalimantan [Dicerorhinus sumatrensis harrisoni] yang berada di BORA [Borneo Rhino Alliance], Taman Nasional Tabin, Sabah, Malaysia, mati pada 27 Mei 2019).
Dikutip dari https://www.mongabay.co.id/2019/06/02/kepunahan-badak-sumatera-mata-dunia-kini-tertuju-ke-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila teman suka dengan tulisan di atas
saya berharap teman-teman menuliskan komentarnya
tapi tolong komentar yang sopannya
mari kita jaga sopan santun di dunia maya ini